26 tahun lagi Indonesia memasuki usia 100 tahun kemerdekaan. Ini merupakan masa pembuktian apakah di tahun 2045 Indonesia mampu tampil sebagai raksasa dunia. Pada tahun 2030 Indonesia diprediksi surplus penduduk usia produktif yang diharapkan mampu meningkatkan produktivitas nasional, berdampak positif di bidang ekonomi. Peluang maha besar ini harus disambut dengan gelombang optimisme, disokong dengan regulasi kongkrit yang mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia, yang diharapkan mampu memajukan kehidupan bangsa dan negara menjadi lebih baik.
Menurut Hong Zhou, 2016, anak yang kehilangan seorang ibu saat proses persalinan memiliki risiko kematian tinggi di tahun pertama kehidupannya, berisiko tinggi menderita malnutrisi, angka putus sekolah tinggi apabila dibandingkan dengan anak yang terlahir dari ibu yang selamat dari proses persalinan. Menurut Hipotesis Barker, janin akan mengalami yang namanya fetal programming sejak dalam kandungan, yang menjadi penentu masa depan bayi. Ibu dengan penyakit diabetes mellitus akan melahirkan bayi yang nantinya tumbuh menderita diabetes mellitus dan berisiko menderita penyakit jantung beberapa dekade ke depan.
Angka Kematian Ibu (AKI) Indonesia tahun 2015 sebesar 126/100.000 kelahiran hidup, sementara target AKI menurut Millenium Development Goals (MDGs) yakni 102/100.000 kelahiran hidup. Sementara itu target Sustainable Development Goals (SDGs) pada tahun 2030 angka kematian ibu secara global pada angka 70/100.00 kelahiran hidup. Menghadapi tantangan besar ini, pemerintah mengengeluarkan beberapa program meliputi penguatan puskesmas dan jaringan, pemerataan tenaga dokter dan bidan, perbaikan sistem rujukan , antenatal care terpadu dan sebagainya. Di antara semua program, yang paling penting adalah intervensi meningkatkan pemahaman ibu itu sendiri terkait kehamilan dan persalinannya.
Sebuah narasi dari penulis yang saat ini menjadi residen obstetri dan ginekologi FK Unair. Saya mendapatkan pasien hamil cukup bulan dengan keluhan sesak berat dan gawat janin yang mau tidak mau harus segera dioperasi. Diagnosis mengarah pada kehamilan dengan penyulit penyakit jantung berat, dimana kondisi ini sangat berbahaya, rata-rata pasien meninggal justru setelah persalinan. Sang bayi bisa diselamatkan namun sang ibu meregang nyawa. Bila digali retrospective, pasien selama ini memang mengeluhkan sesak sejak usia SD, namun hanya diobati dengan pil yang dibeli di warung. Andaikata sang ibu tahu menderita sakit jantung dan kontrol ke dokter kandungan secara teratur, kematian ini tentu bisa dicegah.
Revolusi industri 4.0 mestinya tidak berhenti pada pemanfaatan teknologi digital untuk kepentingan ekonomi. Revolusi industri 4.0 perlu diaktualisasikan ke sektor strategis lain yakni pelayanan kesehatan. Saat saya bertugas menjadi dokter PTT di daerah sangat terpencil, kabupaten mamberamo raya, saya menjumpai banyak kasus gizi buruk, kusta, malaria, filariasis (kaki gajah) yang tidak tertangani dengan baik dari sisi pencatatan, pelaporan, serta penanganan pasien. Solusi yang bisa ditawarkan yakni mengirim tenaga kesehatan yang ke daerah untuk menjalankan program terpadu dengan dukungan sistem terintegrasi digital. Dukungan teknologi digital akan memperkuat program riil di lapangan, arus informasi data dari tenaga kesehatan puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten, dinas kesehatan provinsi, bahkan kementrian kesehatan bisa dipermudah dengan aplikasi ini. Pelaporan dan penanganan masalah bisa lebih cepat dan efisien.
Penulis membayangkan adanya aplikasi digital di bidang pelayanan kesehatan salah satunya terkait intervensi kesehatan maternal. Aplikasi yang bisa menghubungkan pasien, tenaga kesehatan di puskesmas, dinas kesehatan kabupaten, dinas kesehatan provinsi hingga kementrian kesehatan dalam upaya akselerasi upaya menurunkan AKI dan meningkatkan kualitas janin dalam kandungan. Tenaga kesehatan bisa memanfaatkan teknologi ini untuk pelaporan kegiatan, pelaporan panggilan darurat, stratifikasi faktor risiko kehamilan dan persalinan, informasi preconceptional councelling & antenatal care, serta bagaimana memberikan dukungan suportif terhadap janin agar terlahir pewaris generasi yang sehat dan cerdas.
Sistem pelaporan kegiatan dengan sistem konvensional terlalu birokratif, lamban cenderung tidak transparan. Saya membayangkan tenaga kesehatan di pedalaman papua membuat laporan kegiatan puskesmas dengan sangat cepat dan bisa diketahui oleh kementrian kesehatan melalui aplikasi yang bisa diakses lewat smart phone. Dengan sangat cepat kita bisa mengetahui 10 besar masalah kehamilan di puskesmas, kabupaten, dan suatu provinsi. Dengan sangat cepat kita bisa mengetahui berapa angka kematian ibu di suatu wilayah. Pelaporan dengan sistem ini pun menambah nilai kekayaan data epidemiologis yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian jangka pendek dan jangka panjang dan bisa dipakai untuk merumuskan kebijakan strategis secara efektif dan efisien.
Pelaporan panggilan darurat. Penulis berpengalaman menerima pasien di rumah sakit bergerak Mamberamo Raya papua. Pasien dengan kehamilan di luar kandungan dengan komplikasi syok berat, saya berencana merujuk ke jayapura, namun saat itu hari minggu tidak ada jadwal penerbangan, pasien berakhir meninggal akibat tidak ada sarana transportasi udara. Aplikasi yang saya maksud diharapkan mampu mengatasi situasi darurat semacam ini yang bisa datang menimpa siapapun dan kapan pun. Bila dijumpai kasus darurat yang mengancam nyawa pasien, petugas kesehatan tetap melakukan upaya pertolongan sambil meminta bantuan dengan klik layanan darurat “Maternal Saving”. Bila diperlukan pesawat/helikopter darurat, pemerintah bisa memberikan komando untuk penyelamatan.
Stratifikasi faktor risiko kehamilan dan persalinan. Layanan ini bisa mengadopsi yang s kartu skor Pudji Rochjati, karya guru besar Obstetri dan Ginekologi FK Unair. sistem skor ini terbukti memudahkan bidan daerah dalam deteksi dini faktor risiko kehamilan dan persalinan, kapan pasien harus dirujuk ke RS dan apakah pasien ditangani sendiri oleh bidan hingga proses persalinannya. Sistem skor ini bisa diadopsi ke dalam layanan digital yang bisa diakses petugas kesehatan hingga pasien sendiri. Pasien mampu melakukan self assessment dengan melakukan penilaian berapa skor faktor risiko kehamilan dan persalinannya.
Informasi preconceptional councelling & antenatal care. Buku KIA dibuat dalam bentuk digital, berisi informasi jadwal kontrol sesuai yang direkomendasikan, aplikasi bisa mengingatkan pasien bila terlambat kontrol kehamilan. Disertakan pula layanan preconceptional counseling yang mmemfasilitasi calon pengantin dalam skrining kesehatan pra nikah, bagaimana mengenali tanda bahaya kehamilan dan persalinan, memperkuat pengetahuan calon pengantin bahwa kehamilan tidak sekedar menunggu lahirnya bayi, namun lebih dari itu terkait dengan masa depan generasi, masa depan bangsa.
Sesuai dengan hipotesis barker mengenai fetal programming, tips bagaimana ibu hamil memodifikasi gaya hidup, memberi dukungan nutrisi untuk kepentingan janin harus dihadirkan dalam aplikasi ini. Inilah the real revolution, bagaimana perkembangan teknologi digital bisa dimanfaatkan untuk inttervensi kesehatan maternal, dimanfaatkan secara nyata dalam usaha perang terhadap angka kematian ibu. Inilah peluang bagaimana melahirkan generasi emas yang mampu membawa Indonesia maju menuju Indonesia super power 2045.**