Abstraksi
Keberagaman sangat melekat dengan identitas Indonesia. Negara yang terdiri dari ribuan pulau dan ratusan suku budaya membuat masyarakat Indonesia mengenal keberagaman sejak dini. Keberagaman di Indonesia tidak hanya dirasakan di lingkungan sosial dan pendidikan, tetapi juga dalam sebuah perusahaan. Perusahaan yang mendukung keberagaman akan membuka peluang bagi kelompok marginal yang sering kali tidak dilihat (hidden potentials). Dengan memberikan kesempatan yang sama untuk individu dengan latar belakang yang beragam, perusahaan dapat memperluas cakupan pasar hingga turut membangun ekonomi yang inklusif. Perusahaan dengan budaya yang mendukung keberagaman memberikan peluang yang setara bagi semua untuk berkontribusi kepada kesuksesan, baik dalam tim hingga tingkat perusahaan. Keterampilan, kemampuan, dan motivasi yang beragam dari setiap anggota perusahaan dapat membangun kolaborasi secara produktif dan mempererat anggota perusahaan. Hal tersebut tidak dapat dicapai tanpa membangun perusahaan yang inklusif. Perusahaan yang inklusif bisa dicapai dengan melibatkan individu dari berbagai suku, ras, gender, termasuk disabilitas. Penyandang disabilitas di Indonesia mencapai 35 juta (Badan Pusat Statistik, 2010) dengan 21 juta merupakan kelompok usia kerja (Satuan Kerja Nasional, 2017). Namun, menurut data Kementerian Tenaga Kerja (2015), hanya 7 juta yang memiliki pekerjaan, baik di sektor formal maupun informal. Data ini menggambarkan bahwa sesungguhnya masih banyak penyandang disabilitas yang belum mendapatkan kesempatan kerja meskipun hak-hak penyandang disabilitas, terutama hak untuk bekerja, sudah diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016 yang mewajibkan perusahaan merekrut penyandang disabilitas. Fakta ini menunjukkan bahwa praktik perusahaan inklusi belum terlaksana secara efektif meskipun keberagaman dalam perusahaan, salah satunya disabilitas, dapat menguntungkan perusahaan. Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang sumber daya manusia, PT Dayalima Abisatya melihat adanya urgensi untuk menerapkan keberagaman di lingkungan sosial maupun kerja demi mencapai Indonesia yang lebih baik. Upaya PT Dayalima Abisatya untuk mencapai tujuan ini adalah dengan mengembangkan program yang memajukan budaya keberagaman di tingkat perusahaan. Program ini diawali dengan pemberian pelatihan kesadaran tentang keberagaman dan inklusi. Pelatihan ini dilakukan untuk membangun rasa kepercayaan perusahaan terhadap calon pegawai dengan latar belakang yang beragam dan meyakinkan perusahaan bahwa keberagaman pegawai dapat menjadi kekuatan perusahaan. Upaya lain yang dilakukan oleh PT Dayalima Abisatya adalah dengan mempersiapkan proses rekrutmen yang tidak diskriminatif dan mengedepankan potensi individu, juga pengembangan potensi individu. Salah satu contoh perusahaan inklusi di Indonesia adalah PT Wangta Agung, Surabaya yang telah merasakan sendiri tidak adanya perbedaan antara hasil kerja pegawai dengan disabilitas maupun non-disabilitas. PT Wangta Agung mulai membuka lowongan untuk penyandang disabilitas pada tahun 2010 saat mengalami kesulitan mencari pegawai. Hingga tahun 2018, PT Wangta Agung telah memiliki 89 pegawai dengan disabilitas. Keberadaan pegawai dengan disabilitas tentu memberi PT Wangta Agung tantangan baru, seperti kendala berkomunikasi dengan pegawai yang Tuli. Salah satu upaya yang dilakukan adalah mempersiapkan program pengembangan berupa pelatihan bahasa isyarat dan keterampilan teknis yang diikuti oleh pegawai disabilitas maupun non-disabilitas. PT Wangta Agung juga berusaha memetakan kemampuan pegawai disabilitas dengan memberikan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan mereka. Pada kesehariannya, PT Wangta Agung tidak membedakan perlakuan terhadap pegawai disabilitas maupun non-disabilitas. Keduanya mengikuti aturan, diberikan target, serta memiliki kesempatan yang sama. Keberhasilan perusahaan inklusi, seperti PT Wangta Agung, mendorong PT Dayalima Abisatya untuk membantu perusahaan-perusahaan lain mengenali dan mengembangkan potensi tersebut. Maka dari itu, budaya keberagaman merupakan komponen penting dalam proses pembangunan Indonesia yang inklusif.