• Ria Wardani
    Ria Wardani
    Berpengalaman di bidang monitoring dan evaluasi serta management program pendidikan dan kesehatan
Papers

Praktik Evaluasi Baru guna Mendorong Inovasi dalam rangka Mencapai Pertumbuhan yang Inklusif

2019

Abstraksi

Masalah Agar dapat menjadi inklusif, maka pertumbuhan ekonomi harus dapat mengatasi permasalahan ketidaksetaraan yang bersifat multidimensi berikut dengan dampaknya pada kelompok yang berbeda-beda. Selain meningkatkan pendapatan dan konsumsi, Indonesia membutuhkan kebijakan-kebijakan yang dapat mendukung terwujudnya kesejahteraan dalam aspek yang bersifat non-moneter bagi beragam kelompok sosial. Kebijakan-kebijakan ini dan implementasinya harus dievaulasi secara cermat dengan berlandaskan pada metolodogi tingkat lanjut, guna mengkaji dampaknya terhadap pencapaian kesejahteraan dan pemerataannya. Namun, pertumbuhan inklusif adalah hasil dari sebuah sistem yang kompleks, di mana kesalingtergantungan antara kebijakan ekonomi dan sosial, standar hidup, dan transformasi struktural tidak dipahami dengan baik. Evaluasi berbasis pendekatan yang tradisional tidak memiliki perangkat yang memadai untuk menghadapi dinamika yang kompleks seperti ini. Terutama dikarenakan proses pengumpulan, analisis, dan penggunaan data untuk merumuskan solusi dalam evaluasi tradisional, didasarkan pada pola pemecahan masalah secara linier. Sehingga, ketika kegiatan evaluasi sumatif selesai menghasilkan penilaian, sistem ekonomi telah mengalami perubahan, dan hasil penilaian tersebut dapat diperdebatkan. Solusi & Praktik USAID bersama mitranya, Social Impact, Inc., berinvestasi dalam Developmental Evaluation (DE). DE adalah sebuah pendekatan yang relatif baru di dalam evaluasi. Berbeda dengan evaluasi tradisional, DE lebih menekankan pada dukungan terhadap inovasi dan pembelajaran, ketimbang hanya sekedar memberikan penilaian atas kualitas atau kelayakan suatu program. Dalam praktik DE, evaluator menyatu dengan suatu program atau lembaga pelaksana program. Sehingga, dalam posisi ini, evaluator dapat berkontribusi terhadap modifikasi desain program. Hal ini juga memungkinkan bagi DE untuk mendukung proses pengambilan keputusan dan refleksi secara real-time dan berdasarkan pada bukti, yang berjalan selaras dengan proses kolaborasi, pembelajaran, dan adaptasi. Di dalam DE, evaluator juga berupaya untuk mendorong proses pembelajaran tingkat lanjut, yang berbeda dengan pembelajaran sehari-hari maupun pemecahan masalah yang bersifat linier. Yakni, melalui suatu proses yang disebut dengan lingkaran pembelajaran (learning loop). Melalui lingkaran pembelajaran ini, evaluator dapat memberikan umpan balik secara berkelanjutan kepada mitra pelaksana program. Sehingga, dimungkinkan proses manajemen adaptif dengan koreksi secara cepat yang dapat mencapai dampak hasil terbesar. Dalam posisinya yang menyatu dengan program ini, DE juga dapat mendukung upaya pemograman secara inovatif melalui pengujian terhadap dampak yang diinginkan dan tidak diinginkan serta pemantauan terhadap perubahan yang terjadi dalam konteks yang bertentangan dengan asumsi. Dengan demikian, DE merupakan pendekatan evaluasi yang lebih tepat untuk mendukung pertumbuhan inklusif dibandingkan evaluasi tradisional. Hal ini dikarenakan DE dirancang untuk diterapkan dalam situasi dengan kompleksitas tingga, seperti halnya suatu sistem ekonomi yang berkembang seiring dengan perubahan teknologi dan demografi. Dalam kondisi ini, diperlukan pemikiran kreatif selain daripada pemikiran kritis. Indonesia perlu untuk menguji dan mengembangkan strategi yang selama ini diterapkan untuk menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan peluang ekonomi bagi kelompok rentan. DE dapat melakukannya melalui pengujian terhadap asumsi yang mendasari strategi tersebut, memantau hasil yang tidak diinginkan, dan dengan cepat mengumpulkan umpan balik untuk memberi saran terhadap koreksi strategis. Bukti Pemerintah Indonesia dan USAID telah berhasil menerapkan DE guna membantu sebuah program kesehatan ibu dan bayi baru lahir untuk dapat melakukan proses pembelajaran dengan menciptakan lingkaran umpan bali di antara program tersebut dengan pemimpin dan pembuat kebijakan. DE juga berhasil mendorong inovasi pada program ini melalui pendefinisian kembali tentang siapa yang dianggap sebagai pemangku kepentingan dan bagaimana melibatkan mereka di dalam kemitraan. Serupa dengan kompleksitas di dalam pertumbuhan ekonomi inklusif, upaya untuk menurunkan angka kematian ibu menuntut adanya komitmen dari beragam aktor di sektor pemerintah, swasta, akademisi, dan masyarakat sipil. Dengan fokusnya pada kolaborasi dan pembelajaran, DE bersama dengan program kesehatan ibu dan bayi baru lahir tersebut, berupaya untuk membangun dan memperkuat badan penasihatnya yang terdiri dari 30 tokoh dan pengambil kebijakan dari berbagai sektor. Dengan menggunakan pendekatan-pendekatan baru seperti analisis jejaring sosial dan metode klasik seperti wawancara informan kunci, DE memperkenalkan langkah-langkah yang dapat digunakan untuk menyediakan sumber daya yang lebih baik bagi badan penasihat, membangun konsensus tentang bagaimana keberhasilan akan diukur, dan menghubungkan para tokoh berpengaruh dengan solusi-solusi lokal yang dikembangkan di tingkat provinsi dan kabupaten di Indonesia. Badan penasihat tersebut, saat ini dipandang sebuah model yang potensial bagi perwujudan sebuah komisi nasional untuk kesehatan ibu dan anak di Indonesia. Selain itu, DE juga membantu program di dalam mendefinisikan kembali tentang apa yang dimaksud sebagai pemangku kepentingan di dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Sebagai hasinya, DE dapat memberikan dukungan bagi program dalam proses pelibatan pemangku kepentingan secara lebih luas. DE juga memanfaatkan posisinya yang menyatu di dalam program kesehatan ibu dan bayi baru lahir USAID ini untuk menghasilkan sebuah peta jejaring yang terdiri dari 1.910 pemangku kepentingan yang potensial di Indonesia. Kemudian, DE juga mendukung program ini dengan menyediakan perangkat inovatif guna menganalisis dan melibatkan para pemangku kepentingan tersebut, di antaranya adalah peta GIS daring dan peta jejaring pemangku kepentingan dengan perangkat lunak tingkat lanjut. Dengan membantu program untuk melibatkan kombinasi yang tepat dari para pemangku kepentingan di dalam proses kreasi bersama, DE mendorong proses perumusan solusi secara kreatif yang berbasis pada bukti bagi kelangsungan hidup ibu dan bayi baru lahir di Indonesia. Pelajaran yang Didapat & Implikasi Dalam praktek yang sering terjadi, praktisi pembangunan dan pembuat kebijakan menerapkan evaluasi formatif atau sumatif tradisional dalam situasi dengan kompleksitas tinggi dan parameter yang tidak stabil. Sebagai hasilnya, evaluasi ini hanya mengkonfirmasi kembali apa yang pada dasarnya sudah diketahui oleh para ahli dan pembangku kepentingan, solusi yang ada pun tidak dapat berjalan, dan berujung pada kegagalan dalam mengajukan alternative yang berarti. Pemerintah Indonesia dan para mitra pembangunan harus mempertimbangkan DE untuk mendorong munculnya pemikiran dan pendekatan baru yang dapat mengatasi isu-isu kompleks seperti penciptaan kesempatan kerja secara merata. Namun demikian, harus tetap diingat bahwa oleh para pembuat kebijakan dan praktisi bahwa DE tidak akan dapat dilaksanakan jika para pemangku kepentingan memiliki keterbatasan waktu atau kemauan untuk berkolaborasi dengan evaluator, memiliki kapasitas terbatas untuk beradaptasi, atau menolak kegagalan atau temuan negatif. Perlu juga dipertimbangkan, bahwa penerapan DE membutuhkan biaya yang besar tergantung pada jangka waktu dan ruang lingkup evaluasi. Penerapan DE memang tampak lebih rumit dibanding evaluasi tradisional, namun tercermin manfaat besar yang dihasilkannya di balik kerumitan tersebut. Praktik evaluasi baru ini bersifat lebih responsif, dan karenanya, ia menjadi lebih efektif dalam proses pengadaptasian program guna memaksimalkan hasil yang diharapkan di dalam inisiatif pembangunan yang kompleks, sebagaimana halnya yang dibutuhkan dalam upaya untuk mendorong pertumbuhan inklusif.

Komentar
--> -->