• Rita Diana
    Rita Diana
    Bekerja di BPS sejak tahun 2002
Papers

Analisis Aksesibilitas Permodalan dan Prospek Usaha Mikro Kecil di Provinsi Sumatera Barat

2019

Abstraksi

Usaha Mikro Kecil (UMK) merupakan usaha kerakyatan yang jumlahnya mencapai lebih dari 26 juta usaha atau 98,68 persen dari total usaha nonpertanian di Indonesia. Usaha ini juga mampu menyerap tenaga kerja sekitar 75,33 persen. Berdasarkan hasil Sensus Ekonomi 2016 (SE2016), jumlah UMK di Provinsi Sumatera Barat sudah mencapai 580 ribu usaha atau 98,88 persen dari total usaha nonpertanian di Provinsi Sumatera Barat dan telah menyerap tenaga kerja lebih dari 1,29 juta orang atau 87,57 persen dari total tenaga kerja nonpertanian. UMK mempunyai potensi yang dapat terus dikembangkan karena UMK menghasilkan barang konsumsi dan jasa kebutuhan masyarakat, UMK tidak mengandalkan bahan baku impor, UMK lebih memanfaatkan sumber daya lokal dan pada umumnya menggunakan modal yang relatif rendah. Untuk mengembangkan usaha, UMK harus meningkatkan kapasitas produksinya yang tentunya memerlukan modal yang tidak sedikit. Minimnya permodalan dan rendahnya kemampuan serta pengetahuan pengelola UMK membuat UMK belum mampu mengimbangi perubahan selera konsumen dan berdaya saing global. Sehingga terkadang membuat mayoritas UMK beroperasi dalam waktu yang relatif tidak lama, yaitu kurang dari 10 tahun. Dari hasil SE2016, mayoritas UMK mengeluarkan modal awal berasal dari dompet sendiri atau dari sumber informal seperti rentenir. Hanya 7 persen yang mengandalkan modal awal dari bank. Dalam RPJMN 2015-2019, peningkatan akses pembiayaan dan perluasan skema pembiayaan bagi UMKM adalah salah satu arah pembangunan untuk meningkatkan daya saing usaha. Dengan demikian, analisis aksesibilitas permodalan menjadi sangat pentng untuk dilakukan sebagai upaya untuk mengidentifkasi apakah program dan kebijakan pemerintah telah memberikan hasil positf bagi UMK. Selain itu juga perlu diidentifkasi faktor-faktor yang memengaruhi rendahnya akses terhadap sumber daya modal. Selanjutnya, untuk melihat kinerja UMK di masa depan, perlu dilakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi prospek usaha UMK, agar pemerintah dapat memberikan perhatian yang intens terhadap keberadaan usaha yang memiliki kinerja pesimis. Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya akses UMK terhadap sumber daya modal di Provinsi Sumatera Barat dan (2) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi prospek usaha UMK. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi aksesibilitas permodalan dan prospek UMK digunakan metode regresi logistik berdasarkan data SE2016 terhadap 40.094 UMK terpilih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aksesibillitas permodalan dari lembaga keuangan formal dipengaruhi oleh karakterisik UMK yang lebih bersifat internal seperti administrasi usaha yang baik, kepemilikan aset dan omset usaha yang menunjang, punya pengalaman kemitraan dengan perusahaan-perusahaan besar serta jaringan usaha yang luas. Suatu UMK yang tergabung dalam wadah koperasi usaha memiliki peluang hampir tiga kali lebih besar untuk mendapatkan akses yang lebih besar ke permodalan dari lembaga keuangan ketimbang UMK lain yang tidak tergabung ke dalam wadah koperasi. UMK yang memiliki rencana pengembangan usaha berpeluang dua kali lebih besar dari usaha lain yang tidak memiliki rencana pengembangan akan akses terhadap permodalan dari lembaga keuangan. Dari hasil estmasi terlihat bahwa UMK yang pengelolanya laki-laki dan berpendidikan dibawah SLTA, lokasi di pedesaan, beroperasi lebih dari lima tahun dan berskala kecil, memiliki peluang yang lebih besar untuk memperoleh kredit. Untuk meningkatkan potensi UMK di masa mendatang perlu diidentifikasi prospek yang dirasakan oleh pengusaha dan faktor pendorongnya. Dalam SE2016, prospek usaha berkaitan dengan kondisi usaha atau tendensi bisnis ke depan baik dari sisi perolehan keuntungan atau omset. Pengusaha UMK yang menyatakan bahwa usaha mereka akan lebih baik di masa mendatang ada sekitar 35 persen dan hanya 8 persen yang menyatakan lebih buruk. Hal ini menggambarkan kondisi yang cukup menggembirakan. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa pertumbuhan aset sebesar 1 persen dan pertumbuhan tenaga kerja sebesar 1 persen dapat meningkatkan persepsi tendensi bisnis yang membaik. UMK yang memanfaatkan internet dalam usahanya memberikan peluang UMK untuk memiliki prospek usaha yang positif 1,26 kali. Faktor eksternal yang berpengaruh negatif terhadap persepsi pengusaha tentang prospek usahanya adalah masalah pemasaran, birokrasi pemerintah, ketersediaan BBM, infrastruktur, modal serta bahan baku. Hal-hal yang perlu menjadi perhatian bagi pemerintah dalam meningkatkan daya saing pelaku UMK diantaranya memberikan pelatihan terkait dengan motivasi usaha (jiwa kewirausahaan), kemampuan manajerial (pemasaran, produksi, SDM, keuangan), dan kemampuan dalam aspek teknis (fashion, perbengkelan, budi daya pertanian, dsb). Di samping itu, pelaku UMK perlu diperbaiki mindset-nya. Mindset UMK harus diubah untuk selalu mengembangkan usaha, bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga saja. Dengan demikian, usahanya bisa lebih berkembang dan naik kelas. Untuk meningkatkan kapabilitas pelaku UMK, jejaring usaha juga sangat penting karena umumnya masalah UMK disebabkan oleh minimnya pendampingan dan penyuluhan dalam hal membuat laporan keuangan. Karena UMK yang mengakses internet dan menggunakan komputer masih sangat sedikit. Hal ini bisa menjadi rekomendasi untuk peningkatan penyediaan infrastruktur teknologi informasi terutama dalam pemasaran yang dapat menggunakan sistem online. Saat ini sekitar 33,78 persen desa di Indonesia tidak dapat menangkap sinyal internet dengan baik bahkan 8 persen diantaranya belum tersentuh jaringan internet.

Komentar
--> -->