LEN Industri, Berinovasi di Tengah Pandemi

August 31, 2020

Sumber: PT Len Industri

Pandemi COVID-19 tak membuat PT Lembaga Elektronik Nasional (LEN) Industri berhenti melakukan inovasi. Pada 21 Juli kemarin, LEN Industri bersama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)  melakukan uji coba kereta dengan sistem tanpa masinis atau driverless untuk kalayang (skytrain) Bandara Soekarno-Hatta pada 21 Juli kemarin.
 
“Selama 14 bulan, kami cek dan kali ini kami sudah memastikan semua bergerak dengan baik,” kata Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi, dan Material BPPT, Eniya Listiani Dewi seperti yang dikutip dari laman resmi Len.co.id.
 
Setelah diaudit dan mendapatkan rekomendasi dari BPPT, kereta kalayang tanpa masinis tersebut akan masuk proses sertifikasi dari Kementerian Perhubungan. Setelah disertifikasi, kereta kelayang yang menggunakan sistem Communication Based Train Control (CBTC) skytrain di Bandara Internasional Soekarno-Hatta tersebut akan menjadi mode transportasi kereta tanpa masinis pertama di Indonesia.
 
Kereta kalayang di Bandara Soekarno Hatta memang telah beroperasi sejak September 2017 namun  belum memiliki sistem tanpa masinis. Kereta kelayang ini digunakan oleh digunakan oleh 20 ribu hingga 25 ribu penumpang per hari di empat terminal. Penggunaan sistem persinyalan CBTC di kereta kalayang tersebut, kelak akan memberikan pelayanan yang aman, nyaman, dan dapat diandalkan penggunanya.
 
Sedangkan untuk membantu penanganan COVID-19, Len Industri memproduksi Emergency Ventilator menggunakan komponen lokal dan desain dari BPPT dan  ITB. Perusahaan plat merah ini juga melakukan pengembangan alat Controlled Ventury Base CPAP (Continuous Positive Airway Pressure) yang membantu percepatan penyembuhan pasien COVID-19 stage 2 melalui proses menjaga konsistensi level oksigenasi dalam hemoglobin pasien.
 
“Kapasitas produksi PT Len industri per hari bisa mencapai 50 unit ventilator tergantung pada ketersediaan komponen. Target produk yang diperlukan BPPT 600 unit, produksi secara massal akan dikerjakan oleh dua industri, PT Len Industri akan melakukan produksi sebanyak 300 unit,” kata Manajer Rekayasa Produk Unit Bisnis Industri, Sentot Rakhmad Abdi seperti yang dikutip dari laman resmi LEN.
 
Alat kesehatan buatan dalam negeri tersebut menggunakan material 100 persen kandungan lokal, tidak ada yang impor. Untuk ventilator yang bekerja sama dengan ITB, alat ini berfungsi untuk membantu memberikan pasokan oksigen kepada pasien secara terus menerus sesuai standar yang dibutuhkan. Alat ini tidak mengambil kontrol pernafasan, sehingga perannya hanya membantu kerja paru-paru.
 
Sedangkan ventilator yang bekerja sama dengan BPPT, alat tersebut berfungsi mengambil alih kontrol pernafasan mulai dari tarik nafas serta buang nafas dengan tetap memperhatikan keamanan tekanan udara terhadap keselamatan organ paru-paru pasien. Ventilator yang dikembangkan LEN Industri bersama BPPT diberi nama Emergency Ventilator.
 
Produk-produk elektronik yang dibuat oleh LEN Industri menunjukkan bahwa keunggulan produk Indonesia tak kalah dengan buatan luar negeri. Strategi inovasi LEN Industri meningkatkan daya saing. Tugas semua aktor pembangunan ialah menyusun peta kekuatan dan tantangan subsektor  industri unggulan Indonesia agar mampu bersaing dalam kompetisi global.  
 
Di Indonesia Development Forum, praktik terbaik membangun subsektor industri unggulan akan dibicarakan dan dikolaborasikan sehingga bisa menjadi rekomendasi bagi pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Kamu punya contoh mengenai praktik baik inovasi di industri unggulan? Kirimkan ke laman dan media sosial Indonesia Development Forum, konferensi internasional yang digagas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional sejak tahun 2017.


--> -->