Pupuk Indonesia, Digdaya di Masa Corona

August 31, 2020

Sumber: Petrokimia Gresik

Holding Badan Usaha Milik Negara Pupuk Indonesia mencatatkan volume  penjualan gemilang di semester I tahun 2020. Meski ada pandemi corona atau COVID-19, Pupuk Indonesia telah memproduksi 7.151.040 ton atau tumbuh 12,5 persen dibanding periode yang sama pada tahun lalu. Penjualan pupuk itu terdiri atas penjualan pupuk subsidi untuk petani atau public service obligation (PSO) sebesar 4.762.673 ton dan pupuk non-subsidi  2.388.367 ton.
 
“Pupuk Indonesia terus mengoptimalkan proses distribusi pupuk bersubsidi agar tetap berjalan lancar,” kata Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Aas Asikin Idat dalam keterangan persnya pertengahan Juli lalu.
 
Capaian tersebut berkat kerja keras Pupuk Indonesia dengan lima anak usahanya yaitu PT Pupuk Kujang, Petrokimia Gresik, PT Pupuk Sriwidjaja, PT Pupuk Kaltim, dan PT Pupuk Iskandar Muda. Untuk pupuk non-subsidi, terdiri atas penjualan dalam negeri sebesar 1.022.563 ton dan  ekspor atau penjualan luar negeri sebesar 1.365.803 ton.
 
Aas mengatakan peningkatan ekspor karena negara-negara tujuan memastikan ketahanan pangan aman selama pandemi COVID-19. Namun, ekspor Pupuk Indonesia hanya dilakukan setelah memastikan kebutuhan dalam negeri telah tercukupi, khususnya untuk sektor pangan dan pupuk bersubsidi.
 
“Para produsen pupuk sebisa mungkin terus melakukan penjualan ekspor guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dengan menyumbang devisa negara dan memperkuat nilai rupiah dengan tetap mengutamakan pemenuhan pupuk dalam negeri,” kata Aas.
 
Pupuk Indonesia juga mencatatkan penjualan dari sektor nonpupuk sebesar 510.381 ton. Dengan demikian, total pendapatan yang dibukukan oleh Pupuk Indonesia bersama anak-anaknya mencapai Rp 38,38 triliun atau 50,8 persen dari target Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2020 yang bernilai Rp 75,5 triliun.
 
Tujuan ekspor terbesar pupuk dan non-pupuk dari holding BUMN pupuk ini didominasi negara-negara Asia seperti Filipina, Vietnam, Jepang, India, Thailand, Taiwan, Singapura, Malaysia, Korea Selatan, dan Tiongkok. Selain Asia, pupuk urea juga diekspor dalam jumlah besar ke Australia, Amerika Serikat, Meksiko, Chile, Afrika Selatan, Kolombia, dan Mesir.
 
Kinerja kuat anak perusahaan pupuk contohnya pada PT Petrokimia Gresik yang berhasil mengekspor 203 ton pupuk ke India dan Meksiko akhir Maret lalu. Rinciannya adalah 125 ribu ton pupuk diekspor ke India, sedangkan 45 ribu ton pupuk urea diekspor ke India dan 33 ribu tonnya diekspor ke Meksiko.
 
Pertengahan Juli kemarin, Petrokimia Gresik juga melakukan ekspor produk kapur pertanian (kaptan) Kebomas ke Brunei Darussalam untuk menetralkan pH tanah gambut. Ekspor awal sebesar 9 ribu kilogram kapur pertanian dan akan dijajaki peluang ekspor produk ini lebih luas. Produk ini memiliki kandungan kalsium karbonat (CaCo3) yang cukup tinggi yaitu 85 persen.
 
“Ekspor kaptan Kebomas ini adalah rekor karena menjadi penjualan perdana bagi produk tersebut di pasar internasional,” kata Direktur Utama Petrokimia Gresik Rahmad Pribadi seperti yang dikutip dari Kantor Berita Antara.
 
Anak usaha Pupuk Indonesia lainnya, PT Pupuk Kaltim, mengekspor sebanyak 5.000 metrik ton (MT) amoniak produksinya ke Filipina pada Juni lalu. Ekspor ini menggunakan Kapal MT Salmon Mustafa yang merupakan pengangkut amoniak terbesar milik PT Pupuk Indonesia Logistik (Pilog), anak perusahaan Pupuk Indonesia. Upaya ini diharapkan pembuka jalan sinergi antara anak usaha Pupuk Indonesia maupun dengan perusahaan plat merah lain.
 
Peluang ekspor ke luar negeri mesti dimanfaatkan oleh subsektor industri unggulan seperti produksi pupuk. Industri kimia seperti pupuk merupakan sektor yang diunggulkan oleh Pemerintah Indonesia. Selain berfungsi sebagai employment generator atau penyerap tenaga kerja, industri farmasi memberi  nilai tambah ekonomi yang pada akhirnya akan mengurangi tingkat kemiskinan. Ini menjadi contoh praktik terbaik untuk membangun subsektor industri unggulan.
 
Untuk meningkatkan industri pupuk dalam negeri, perlu peran sumber daya industri (input faktor produksi) dalam meningkatkan produktivitas dan penciptaan ekspor produk industri berteknologi tinggi. Strategi lain yang diperlukan seperti mendorong inovasi industri untuk meningkatkan daya saing. Pengembangan sektor jasa industri modern (manu services) untuk meningkatkan daya saing.
 
Kamu punya ide menarik seputar pembangunan industri pupuk? Sampaikan ke web dan media sosial Indonesia Development Forum agar menjadi rekomendasi bagi kebijakan publik Pemerintah Indonesia!*


--> -->