Faktor Pendorong Industri Kecil dan Menengah Naik Kelas

August 26, 2021

JAKARTA - Dalam rangka pemulihan ekonomi nasional dari dampak pandemi Covid-19, salah satu upaya yang dilakukan adalah mendorong aktivitas Industri Kecil dan Menengah (IKM). Proporsi IKM yang tinggi yaitu mencapai 90 persen dari jumlah industri di Indonesia, perhatian dan pembinaan terhadap IKM perlu terus dilakukan agar terjadi peningkatan produktivitas dan skala usaha. Hal ini mendasari Kementerian PPN/Bappenas melalui Indonesia Development Forum (IDF) 2021 mengadakan survei daring diisi 190 responden berupa pertanyaan pilihan ganda saat Inspiring Session Road to IDF 2021 pada Selasa (29/6). Survei ini diikuti responden berumur 25-50 tahun yang berasal hampir dari seluruh provinsi di Indonesia dan rata-rata bekerja sebagai pegawai pemerintah, akademisi, pegawai swasta, mahasiswa, wirausaha, dan ibu rumah tangga. Topik survei disesuaikan dengan Subtema 4 Strategi Mendorong Industri Mikro dan Kecil Naik Kelas dengan lima pertanyaan pendalaman. Dalam survei ini, disimpulkan bahwa dalam mendorong IKM naik kelas, diperlukan akses pembiayaan dan permodalan, akses teknologi digital, inovasi dan daya saing, serta produk ramah lingkungan.

Modal usaha, termasuk akses dan pengelolaan, merupakan salah satu kendala utama yang dihadapi oleh IKM di Indonesia. Hal ini sudah ditangani salah satunya melalui program kredit dari pemerintah. Hasil survei Inspiring Session Road to IDF 2021 tersebut juga mengonfirmasi mayoritas responden sebesar 87,9 persen yang menilai bahwa pengajuan kredit usaha dari pemerintah, seperti program Kredit Usaha Rakyat (KUR) atau KUR Ultra Mikro adalah upaya yang paling tepat bagi IKM untuk mendapatkan pembiayaan usahanya.

Selain itu, sebesar 41,1 persen responden juga menilai bahwa peningkatan pemahaman dan penggunaan digitalisasi, termasuk untuk akses terhadap permodalan dan pasar adalah langkah yang penting untuk membantu IKM agar bisa mengelola produksi, distribusi, dan pemasaran produk dengan baik.

Banyak pelaku IKM di Indonesia yang belum mampu mengembangkan usahanya karena keterbatasan inovasi, sehingga kalah bersaing di pasar. Kondisi ini menjadi perhatian sekitar 48,4 persen responden yang berpendapat peningkatan kerja sama dalam pemanfaatan inovasi, kreasi dan teknologi yang dapat menunjang perbaikan mutu dan daya saing produk, serta proses pengelolaan produk IKM sehingga dapat bertahan di pasar dan sekaligus bangkit dari dampak yang ditimbulkan oleh pandemi. Hanya 7,4% berpendapat memberikan stimulus dalam bentuk penempatan dana pemerintah yang langsung diberikan kepada IKM sebagai solusi untuk bangkit dari pandemi.

Inovasi juga dibutuhkan IKM untuk dapat menyesuaikan produk dan jasa dengan dinamika permintaan masyarakat, termasuk untuk menghasilkan produk dan jasa yang ramah lingkungan. Kemampuan IKM untuk merespons tren produk hijau perlu ditingkatkan, dan menurut setengah dari jumlah responden dibutuhkan dukungan dalam pengadaan teknologi tepat guna dan pengembangan keahlian Sumber Daya Manusia (SDM). Teknologi tepat guna dan SDM yang terampil diyakini mampu meningkatkan IKM di Indonesia untuk dapat menerapkan proses produksi yang ramah lingkungan atau industri hijau (green industry) dan menghasilkan produk bernilai tambah tinggi yang mendukung aspek-aspek keberlanjutan (green product).

Sekitar 42,6 persen responden juga berpendapat bahwa kapasitas produksi dan inovasi merupakan faktor yang paling menentukan IKM untuk dapat naik kelas. Dukungan bagi IKM Indonesia untuk mampu naik kelas juga membutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak yaitu antara pemerintah, kamar dagang dan industri, asosiasi, dan para pelaku IKM sangat penting dalam pembinaan, pengembangan, dan peningkatan kepercayaan diri, pengetahuan, serta daya saing pelaku IKM. Bertumbuhnya IKM yang produktif di Indonesia diharapkan dapat menciptakan sumber pendapatan baru, menciptakan lapangan kerja baru, serta mengurangi kemiskinan di Indonesia.


--> -->