Pentingnya Aspek SDM dalam Peningkatan Produktivitas Industri

August 23, 2021

JAKARTA - Dalam rangka menjaring aspirasi para peserta webinar, Kementerian PPN/Bappenas melalui Indonesia Development Forum (IDF) 2021 mengadakan survei online saat Inspiring Session Road to IDF 2021 pada Selasa (29/6). Survei yang diikuti 218 responden dari seluruh provinsi di Indonesia dan bekerja sebagai pegawai pemerintah, akademisi, pegawai swasta, mahasiswa, wirausaha, dan ibu rumah tangga. Pertanyaan survei terkait Subtema 3 Strategi Jitu Peningkatan Produktivitas dielaborasi menjadi lima pertanyaan pendalaman. Survei ini berkesimpulan bahwa peningkatan produktivitas tidak hanya fokus pada adaptasi teknologi, tetapi juga perlu disertai pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Pengembangan SDM sejatinya didorong oleh industri dengan teknologi sebagai enabler.

Sebanyak 36,7 persen responden meyakini bahwa rendahnya pemanfaatan teknologi, pengembangan litbang dan inovasi menjadi faktor yang paling menghambat pertumbuhan produktivitas sektor industri di Indonesia. Angka yang hampir sama, berkisar 31,2 persen, berpendapat bahwa akar permasalahannya terletak pada kualitas SDM. Hal ini tercermin dari tingginya proporsi pekerja pada lapangan kerja informal di Indonesia yang mayoritas memiliki kualitas pekerjaan dan keahlian yang rendah. Berdasarkan studi Kementerian PPN/Bappenas pada 2017, rendahnya kualitas SDM menjadi kendala bagi pertumbuhan ekonomi di masa depan, terutama dalam menghadapi perkembangan ekonomi digital dan industri 4.0.

Selaras dengan pendapat tersebut di atas, salah satu strategi untuk mendorong produktivitas sektor industri di Indonesia yang diamanatkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 adalah peningkatan produktivitas dan daya saing SDM. Kebijakan diarahkan pada reformasi sistem pendidikan dan pelatihan vokasi yang berbasis kerja sama industri. Berkaitan dengan hal ini, lebih dari setengah dari jumlah responden berpendapat pentingnya sistem pendidikan dan penyiapan tenaga kerja tidak saja difokuskan pada peningkatan kemampuan teknis (hard skills), tetapi juga pada kecakapan pengetahuan, dedikasi, dan perilaku (soft skills). Bersamaan dengan itu, pemerintah bersama dengan dunia usaha dan dunia industri diharapkan dapat terus mendorong peningkatan keahlian pekerja melalui upskilling dan reskilling tenaga kerja sebagai bagian dari upaya membangun produktivitas secara berkelanjutan. Kerja sama ini juga dibutuhkan dalam merespons tantangan pasca COVID-19 yang berkaitan dengan percepatan otomatisasi dan digitalisasi, perubahan pola rantai pasok global, dan pemulihan hijau.

Tantangan lainnya adalah rendahnya kapasitas adopsi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta penciptaan inovasi terutama di sektor industri. Berdasarkan skor Global Innovation Index (GII), Indonesia menempati peringkat 85 dari 129 negara. Belanja litbang terhadap produk domestik bruto pun masih sangat rendah. Jumlah SDM Iptek pun masih terbatas, hanya sekitar 14 persen yang memiliki kualifikasi S3. Dalam konteks ini, hampir 60 persen responden menganggap bahwa penguatan kerja sama triple-helix, perguruan tinggi/lembaga litbang, pemerintah, dan industri menjadi kunci utama dalam menghadapi tantangan tersebut. Penguatan ekosistem inovasi menjadi penting untuk segera diwujudkan sehingga talenta yang telah dibangun melalui pendidikan dasar dapat berkembang menjadi tenaga kerja yang produktif, inovatif, mampu mengaplikasikan teknologi, dan siap berkontribusi pada penciptaan nilai tambah yang tinggi.

Dalam IDF Inspiring Session Subtema 3 disampaikan bahwa peningkatan produktivitas merupakan suatu journey dalam menghadapi gelombang perubahan akibat kemajuan teknologi. Faktor yang menghasilkan perubahan terbesar bagi produktivitas adalah investasi peralatan, teknologi, riset dan fasilitas, creating demand, optimalisasi supply chain, skill training untuk tenaga kerja dan manajemen, dan activities.


--> -->