Pandemi Covid-19 Belum Berakhir, Industri Atur Strategi Menaikkan Pertumbuhan Bisnis

July 02, 2021

JAKARTA - Pandemi Covid-19 telah mempengaruhi mata pencaharian dan kehidupan masyarakat, kinerja sektor-sektor penggerak perekonomian, serta keberlanjutan lingkungan. Krisis akibat pandemi Covid-19 juga menggeser jalur transformasi ekonomi sehingga dibutuhkan strategi yang berbeda untuk mengembalikan, bahkan mengangkat prospek pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Transformasi ekonomi juga harus diarahkan untuk mengurangi ketergantungan pada sumber daya alam, menjadi daya saing industri, dan jasa modern yang memiliki nilai tambah tinggi. Hal inilah yang dibahas dalam Inspiring Session Road to Indonesia Development Forum 2021 terkait Subtema 1, Strategi Industrialisasi untuk Mendorong Transformasi Ekonomi di berbagai sektor industri, diantaranya kewirausahaan, farmasi, tekstil dan produk tekstil, dan telekomunikasi.

Menurut Prof. Edward Buckingham dari Monash University kewirausahaan melalui kreativitas menjadi kunci dalam menjawab tantangan yang dihadapi seluruh dunia ini. “Covid mempercepat proses digital di sektor informal. Kita bisa lihat grup-grup digital sudah masuk. Kita juga harus meramal ongkos transaksi itu pada masa depan dan dampaknya apa. Selain itu, kita harus berani cari ahli, bisa ambil orang dari luar untuk meningkatkan kemampuan di sektor formal dan informal,” tutur Prof Edward dalam Inspiring Session Road to Indonesia Development Forum (RIDF), Selasa (29/6).

Menurut Direktur Utama PT Lucas Djaja Kimia Farma Rizal Ginanjar industri farmasi dibilang gilang gemilang, tetapi tahun lalu mengalami pertumbuhan 7%.  Selain pandemi Covid-19, ada 6 faktor yang mempengaruhi industri farmasi, yaitu pertama desain teknologi, apapun sakit dan virusnya  teknologi terus berkembang. Kedua, shifting pola penyakit, terjadi pergeseran pola penyakit yang dulunya dikuasai penyakit menular bergerak ke penyakit tidak menular. Ketiga, shifting bahan baku obat, bahwa sebetulnya yang dulunya konvensional bergerak pada biopharmaceutical. Keempat, revolusi dunia kedokteran. Kelima, prinsip 4P (personalized, predictive, preventive, dan participatory medicine). Keenam yaitu regulasi. “Kedaulatan farmasi seperti mutlak. Hingga hari ini, bahan baku rebutan di dunia, yang dikuasai beberapa negara, sehingga kita mengupayakan untuk mengurangi impor barang baku,” ujar Rizal.

Sementara itu terkait industri tekstil dan produk tekstil (TPT), strategi industri garmen mendorong transformasi ekonomi, Industri TPT nasional. Industri TPT sudah melakukan penyesuaian teknologi sampai 4.0. Industri ini memiliki 5863 unit industri besar dan sedang dan 909.822 unit industri mikro kecil. Kita mengayomi 3,96 juta tenaga kerja. Jadi ini dikategorikan industri padat karya. Utilisasi 59,94% tapi memang masih bergantung pada produk impor, pada 2020 kira-kira sebesar 7,2 miliar dollar dan ekspor di kisaran 10,55 miliar dollar. Neraca perdagangan balance-nya kita tetap positif di 3,53 dollar.

“Kunci daya saing industri global agar bersaing di global, kita tidak bisa mengharapkan safeguard dari pemerintah. Fokusnya kita memberikan nilai tambah dan dibandingkan dengan negara lain. Cost per unit yang selalu kita fokus agar bisa berkompetisi. Makanya produktivitas dan teknologi menjadi hal yang perlu selalu improve karena negara lain akan melakukan hal yang sama. Jadi berpacu dalam kompetitif daya saing membuat kita terus menerus benchmarking,” tutur Vice CEO PT Pan Brothers Tbk Anne Patricia Sutanto.

Sementara itu, Industri informasi dan telekomunikasi berkontribusi sebesar 4,51 persen terhadap pendapatan domestik bruto pada 2020  dan kontributor ke-6 terbesar dari PDB dengan nilainya Rp 726 triliun. Saat ini, Indonesia mempunyai 1 decacorn, 4 unicorn dan 2244 startup. Indonesia salah satu penghasil startup terbanyak di dunia, yaitu urutan ke-5, mengalahkan Australia, Germany, dll, mengalahkan 200-an negara lain.

Walaupun hanya menyumbang 4,51 persen tetapi industri telekomunikasi menjadi enabler bagi sektor lainnya. “Kita mengidentifikasi potensi digitalisasi di beberapa sektor. Misalnya di pertanian, kita ada potensi memberi akses terhadap lebih dari 40 juta petani dalam menggunakan e-commerce, keperluan petani, memberi akses terhadap permodalan dan akses petani lainnya. Begitu pula di sektor logistik, kesehatan dan sektor-sektor lainnya, ada peluang digitalisasi yang didukung oleh hal seperti big data, AI, cloud, IOT, dan lain-lain,” tutur Operation Vice President of Group Digital Strategy PT Telekomunikasi Indonesia Tbk Riza Agung Nugraha Rukmana.

 


--> -->