Blogger Winner IDF 2019: Ridhony Hutasoit Memperkenalkan Komunitas Learning Centre, Wadah Belajar Calon Wirausaha

August 23, 2019

Ridhony Marisson Hasudungan Hutasoit mengajar di Komunitas Learning Centre.

Pemenang Kompetisi IDE kategori Artikel/Blog di Indonesia Development Forum (IDF) 2019, Ridhony Marisson Hasudungan Hutasoit, memperkenalkan Komunitas Learning Centre sebagai ruang untuk meningkatkan skill dan mendorong lahirnya wirausaha. Lewat blog di website IDF yang mendapat penghargaan dari Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro, berjudul “Komunitas Learning Center, Solusi Menciptakan UKM Berkualitas”, Ridhony mengatakan ingin mengubah pandangan banyak anak muda di wilayah kerjanya, Sulawesi Tenggara. Menurutnya, kebanyakan anak muda di sana hanya berorientasi menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).

“PNS baik, tapi menumbuhkan jiwa entrepreneur pada mahasiswa-mahasiswa ini penting agar mereka mandiri. Dan kalaupun mereka nantinya jadi PNS atau karyawan, mereka perlu punya jiwa entrepreneur,” kata Ridhony yang merupakan Kepala Subbagian Edukasi dan Perlindungan Konsumen (EPK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Sulawesi Tenggara.

Sebelum bergabung di OJK, Ridhoni bekerja sebagai Auditor di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) RI. Ridhoni kerap menjadi narasumber seminar, workshop, diskusi, hingga kongres dengan mengangkat tema wirausaha, investasi, literasi keuangan, perlindungan konsumen, hingga Revolusi Industri 4.0. Ia terpilih sebagai Best Presenter dalam Performance Based Budgeting Award (PBB Award) yang diadakan oleh OJK pada 2017 dan Change Partner Terbaik Kategori KR/KO Se-Indonesia dari OJK Tahun 2019.

Nyaris tiap minggu, Ridhony memberi materi di Komunitas Learning Center yang didirikan oleh OJK Sultra. 

“Jadi, kita mengumpulkan berbagai elemen, komunitas, anak-muda. Sebenarnya kami berharap bisa menjangkau penyandang disabilitas atau anak muda yang tidak minat sekolah, tapi dia ingin meningkatkan kapasitas diri,” paparnya.

Di antara komunitas yang diajak bergabung adalah Gerakan Kendari Mengajar dan Generasi Baru Bank Indonesia (Genbi) sebuah komunitas penerima beasiswa dari BI.  Hingga saat ini, ada sekitar 200 anak muda terdaftar di Komunitas Learning Centre.

Para anak muda dari berbagai elemen ini mendapat pelatihan kewirausahaan, kepemimpinan, pengelolaan keuangan, mengenal sektor keuangan, keuangan digital,  pelatihan digital lainnya, dan materi-materi lain yang dibutuhkan untuk membangun jiwa wirausaha. Pelatihan ini sebagai salah satu upaya untuk menjawab masalah yang mengemuka dalam diskusi bersama dalam Forum Usaha Kecil Menengah-Industri Kecil Menengah (UKM-IKM) Provinsi Sulawesi Tenggara. Menurut Ridhony, dalam diskusi-diskusi ditemukan penyebab tantangan kondisi perkembangan UMKM di Sulawesi Tenggara yakni sumber daya manusia yang terbatas dan belum mampu mengikuti perkembangan zaman.

“Sekarang di Komunitas Learning Centre ada program D-Class  atau Dilan Class yaitu  kelas Duta Inklusi dan Keuangan Nusantara. Karena kami OJK selaku otoritas, kami menghubungkan  entitas-entitas jasa keuangan untuk berkontribusi  dan memberi nilai tambah. Jadi,  tidak hanya wakil dari OJK yang  mengajar, tapi  juga expert dari industri ikut mengajar,” tambahnya.

Pada jangka panjang, menurut Ridhony, kombinasi pemahaman jasa keuangan dan kewirausahaan yang berbasis digital akan mendorong terbentuknya pemilik UMKM yang berkualitas. Untuk makin mematangkan lahirnya wirausaha dari peserta Komunitas Learning Centre, nantinya akan dibentuk koperasi. Fungsinya, selain untuk mewadahi para peserta yang memutuskan untuk membuka usaha, juga untuk mendekatkan para peserta pada akses permodalan.

“Misalnya, di bank ada Kredit Usaha Rakyat (KUR) atau program MEKAR dan pembiayaan murah lainnya. Nah untuk bisa mengakses itu, paling tidak mereka harus bisa membuat laporan keuangan,” tambahnya.

 

Menjadi Duta Inklusi Keuangan

Ridhony menjelaskan dalam jangka pendek, program pembinaan dan pelatihan di komunitas diharapkan menjadikan setiap anggota D-Class menjadi perpanjangan tangan OJK Sultra untuk menjangkau masyarakat,  baik kota dan desa dalam rangka peningkatan indeks inklusi dan literasi keuangan. Mereka didorong menjadi duta inklusi keuangan di tengah-tengah masyarakat. Tugasnya memberi literasi keuangan dengan mengenalkan sektor jasa keuangan, memberi edukasi investasi, serta penyimpanan uang yang aman.

“Karena banyak masyarakat di daerah, khususnya di sini, menyimpan uang itu masih di kendi atau di bawah bantal,” tambahnya.

Para duta inklusi ini, menurut Ridhony, juga menjelaskan pentingnya menerapkan prinsip (2L) dalam berinvestasi kepada masyarakat luas, yaitu legal dan logis . Legal artinya lembaganya terdaftar resmi di OJK dan logis berarti imbal balik investasi terbilang wajar. 

“Sekarang marak investasi ilegal, kayak kemarin OJK kasus yang menyasar petani di Sulawesi Tenggara. Mereka sudah capek menanam, lalu panen, dan uangnya masuk ke investasi ilegal dibawa kabur,” lanjutnya.

Kasus yang dimaksud adalah kasus investasi bodong yang melibatkan lembaga yang mengaku sebagai Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) Baitul Maal wa Tawmil (BMT) Berlian, seperti dilaporkan Penasultra.  

Nantinya, gerakan literasi keuangan juga akan diintegrasikan dalam program Kuliah Kerja Nyata (KKN), bekerja sama dengan perguruan tinggi setempat.

Pada penyelenggaran IDF 2019, Ridhony tampil membawakan materi yang sama  dengan artikelnya yang memenangkan kompetisi, dalam Sesi Ideas and Innovation Marketplace, Co-creating and Collaboration pada 22 Juli.  Aktivitas Komunitas Learning Centre yang diampunya sejalan dengan tema besar IDF 2019, “Mission Possible: Memanfaatkan Peluang  Pekerjaan Masa Depan untuk Mendorong Pertumbuhan Inklusif”. 

Selamat untuk Ridhony!

 


--> -->