IDF 2019: Merintis Kerjasama Gemilang Startup dengan Investor

August 07, 2019

salah satu sesi Ideas and Innovations Marketplace: Connecting for Scaling Up.

Tahun ini, kali pertama Indonesia Development Forum (IDF) menggelar sesi Inclusive Digital Economy Accelerator Space (IDEA Space) yang menjadi wadah interaksi para penggiat dan pelaku perusahaan startup, pemodal dan asosiasi pada 22-23 Juli 2019 di Balai Sidang, Jakarta Convention Center. Tema besar IDF 2019 adalah Mission Possible: Memanfaatkan Peluang Pekerjaan Masa Depan untuk Mendorong Pertumbuhan Inklusif”. Melalui IDEAS,IDF 2019 terbukti berhasil mempertemukan peserta startup atau bisnis rintisan dengan para investor.

“Kami dengan gembira bisa menyampaikan bahwa 82 persen dari interaksi di ruang sebelah (ruang berlangsungnya IDEA Space) itu, sudah dalam proses kesepakatan kerjasama. Jadi, mayoritas mudah-mudahkan bisa mewujudkan mimpinya, sebagai startup yang mudah-mudahan bisa lanjut jadi unicorn atau decacorn, dan seterusnya,” kata Menteri Pembangunan Nasional (PPN)/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro saat pidato penutupan IDF 23 Juli 2019. 

Bambang menyatakan sebanyak 74 persen dari pertemuan antara startup dan investor, telah menjadwalkan pertemuan pembahasan kerjasama lanjutan. Menurut Menteri Bambang, kolaborasi yang dihasilkan dari sesi IDEAS dalam IDF 2019 sangat dibutuhkan dalam menghadapi pembangunan dan kondisi ekonomi yang menantang.  Dalam IDEAS, diskusi utama yang paling diminati adalah masalah bisnis, keuangan, dan marketing. 

“Tentunya hal ini hal yang sangat wajar, bagi seorang entrepreneur, bagi seorang startup yang baru memulai bisnisnya. Karena dia pasti ingin tahu bagaimana ekosistem bisnisnya. Bagaimana potensi pembiayaan keuangan, dan juga bagaimana caranya kalau nanti produk atau jasanya itu ingin dipasarkan atau dipromosikan,” tambahnya.

Hasil dari sesi IDEAS pada IDF 2019 menunjukkan kalangan muda Indonesia bukan hanya berani mengeluarkan ide dan berani memulai usaha rintisan.

“Tapi, juga berani mencari investor dan berani peluang yang lebih lanjut,” kata Menteri Bambang.

Sesi Khusus IDEA Space menghadirkan 75 startup skala kecil dan menengah yang memiliki kesempatan untuk berinteraksi dan belajar dari 15 startup besar yang sudah mapan posisinya di industri 4.0. Selain itu, ada pula 61 pemodal ventura yang menggunakan kesempatan ini untuk mencari bibit-bibit baru usaha startup dari seluruh wilayah di Indonesia untuk dikembangkan.

Sejumlah startup juga berbagi cerita dalam sesi-sesi diskusi di IDF 2019, antara lain Aruna Indonesia.

“Aruna dibuat untuk membantu para nelayan kecil melalui teknologi aplikasi yang dapat memantau hasil tangkapan nelayan yang kemudian akan dijual dan dipublikasikan melalui e-commerce,” kata Utari Octavianty, Director General Aruna Indonesia dalam Sesi Inspire “Developing Globally Competitive Micro, Small and Medium Enterprise”.

Ia menambahkan Aruna bekerja sama dengan mitra-mitra nelayan yang tersebar di seluruh nusantara untuk membuat big data mengenai kemaritiman Indonesia. Data-data tersebut diintegrasikan ke dalam suatu aplikasi penunjang teknologi.

Lalu ada  Studio Dapur yang membantu pengrajin anyaman bambu memiliki pendapatan yang layak dengan menghasilkan produk yang berkualitas dan berharga lebih tinggi. 

“Karena sedikitnya minat masyarakat terhadap kerajinan bambu, dan rendahnya pendapatan yang didapat dari menjual kerajinan bambu membuat anak muda jadi jarang yang ingin menjadi pengrajin bambu,” Alain Benjamin, Co-founder dan CEO, Studio Dapur pada Sesi Innovate “Developing Globally Competitive Micro, Small and Medium Enterprise”.

Studio dapur pertama kali memulai bisnis ini dengan memberdayakan sepasang pengrajin.

“Sekarang jumlahnya sudah meningkat menjadi 16 orang pengrajin,” tambah Alain.

Sementara itu, Agung B. Hadinegoro, Co-founder Warung Pintar berbicara pada Sesi IDEAS “Inspire Developing Local Talent and Local Markets”. Ia mengatakan Warung Pintar berusaha menjawab permasalahan sosial yang ada di Indonesia yakni warung yang berskala mikro lambat untuk berkembang.

“Warung pintar hadir untuk menumbuhkan bisnis mereka,” katanya.

Ruang kolaborasi IDEA Space terselenggara atas kerjasama IDF 2019 dan Indonesia Forum yang juga diketuai oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro, sebuah institusi independen yang bertujuan untuk memberikan rekomendasi kebijakan bagi bangsa. Indonesia Forum berisikan pentahelix stakeholder yakni akademisi, pengusaha, birokrat, pemerintah daerah, dan korporasi.

“Kami yakin IDEA Space di IDF 2019 sejalan dengan fokus utama Indonesia Forum ke depan, yaitu Sustainable Development Goals (SDGs), Industri 4.0., dan entrepreneurship. Bahkan Wakil Ketua kami, Achmad Zaky, yang juga pendiri dan CEO Bukalapak, turun tangan untuk berbagi pengalamannya dalam IDEA Space ini,” ungkap Sekretariat Jenderal (Sekjen) Indonesia Forum, Danang Rizki Ginanjar. 

Kehadiran IDEA Space makin mengukuhkan keberadaan IDF sebagai forum pembangunan berbasis bukti dan wawasan bertaraf internasional. Nilai unik yang diberikan oleh IDF tidak hanya pada topik pembicaraan yang komprehensif serta ratusan pembicara dari berbagai sektor, IDF juga menghadirkan metode pengumpulan ide dan gagasan yang diwujudkan melalui pendekatan 4i (Inspire, Imagine, Innovate, Initiate).

 


--> -->