4 Rekomendasi untuk ketenagakerjaan dari IDF 2019

August 07, 2019

Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro dalam acara penutupan IDF 2019, di JCC,

Terdapat empat rekomendasi yang bisa dijadikan basis penyusunan kebijakan terkait ketenagakerjaan ke depan. Kesimpulan tersebut menjadi penutup dari ajang Indonesia Development Forum (IDF) 2019 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Selasa (23/7/2019).

Agenda tahunan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) sejak 2017 ini digelar dua hari, Senin (22/7) hingga Selasa (23/7). Selama dua hari, lewat kemasan pendekatan Inspire, Imagine, Innovate, dan Initiate, beragam gagasan tercurah dalam empat pilar rekomendasi yang akan menjadi basis penyusunan kebijakan terkait ketenagakerjaan ke depan.

Empat pilar rekomendasi tersebut adalah mendorong pembentukan dan pertumbuhan usaha baru; modernisasi usaha rumah tangga dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) agar berdaya saing global, mempromosikan kebijakan ketenagakerjaan yang inklusif, dan mempersiapkan tenaga kerja dengan keahlian masa depan.

"Pilar pertama adalah mendorong pembentukan dan pertumbuhan usaha baru," ujar Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro dalam acara penutupan IDF 2019, di JCC, Jakarta, Selasa, (23/7).

Bambang mengungkapkan, untuk mewujudkan pilar pertama, diperlukan komitmen pemerintah untuk mengurangi ketergantungan ekspor, terutama sumber daya alam.

Menurutnya, ekspor sumber daya alam dapat dialihkan menjadi ekspor berbasis sektor manufaktur dengan nilai tambah tinggi. "Nanti pendidikan vokasi harus menyesuaikan bagaimana cara cepat beradaptasi dengan teknologi manufaktur," tandasnya.

Dia menambahkan, pilar pertama dapat direalisasikan dengan menciptakan iklim investasi yang kondusif, baik dengan insentif fiskal maupun dalam bentuk kawasan ekonomi khusus.

Selain itu, sambungnya, diperlukan juga investasi riset dan pengembangan serta investasi pada keterampilan pekerja untuk sektor dengan teknologi yang tinggi.

Pilar kedua mengenai modernisasi usaha rumah tangga dan UMKM agar berdaya saing global, termasuk startup (perusahaan rintisan).

Dalam IDF 2019, digelar Inclusive Digital Economic Accelerator (IDEA) yang berperan sebagai co-working space (ruang kerja bersama) untuk para usaha perintis (startup).

IDEA Space juga menjadi wadah interaksi antara para penggiat serta pelaku startup dengan pemodal dan asosiasi. Pada IDF 2019 ini ada 75 startup skala kecil dan menengah yang bisa berinteraksi dan belajar dari 15startup besar nan sudah mapan posisinya dalam industri 4.0.

Selain itu, ada pula 61 pemodal ventura yang menggunakan kesempatan ini untuk mencari bibit-bibit baru usaha startup dari seluruh wilayah di Indonesia untuk dikembangkan.

 

Sumber: Beritagar 24 Juli
 


--> -->