Pembicara Terpilih IDF 2019 Sub-Tema 5: Mengulas Block Chain UMKM hingga Budidaya Ikan 4.0 dengan Kecerdasan Buatan

July 15, 2019

Kecerdasan buatan bisa digunakan untuk mengoptimalkan budidaya ikan. Foto: Analisa Daily

Beberapa tahun terakhir istilah block chain mengemuka dalam dunia investasi. Bagaimana memanfaatkan sistem block chain untuk mendanai UMKM? Mahasiswa dari UGM Sulthan Farras Nanz akan memaparkannya dalam Indonesia Development Forum IDF 2019 bertema “Mission Possible: Memanfaatkan Peluang Pekerjaan Masa Depan untuk Mendorong Pertumbuhan Inklusif, pada 22-23 Juli 2019 di Balai Sidang, Jakarta Convention Center. 

Sulthan adalah satu dari lima pembicara terpilih untuk mengulas Sub-tema 5 IDF 2019, Mengembangkan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang Berdaya Saing Global. IDF tahun ini menerima 72 proposal untuk sub-tema ini. 

Selain Sulthan, ada Nika Pranata, Peneliti pada Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Edwin Arifianto, Peneliti bidang studi Komunikasi Digital dan Budaya yang berfokus pada ICT4D (Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Pembangunan). Pembicara Terpilih lain yangakan tampil yaitu Ruth Euselfvita Oppusunggu, Part time Lecturer Interior Design, School of Design, Pelita Harapan University, dan Muhammad Nabil Satria Faradis, yang tengah menempuh studi Master of Engineering di the University of Melbourne.

Paparan Sulthan Farras Nanz berjudul Implementasi “Block Chain pada Platform Equity Crowdfunding untuk Memperluas Akses Permodalan UMKM”. Paparan ini mengulas tentang konsep crowdfunding atau urunan dana sebagai salah satu alternatif pendanaan UMKM, bernama URU.in.

“Skema collaborative fund/equity-based crowdfunding ini memerlukan sebuah platform yang menjadi penghubung sekaligus menjamin transparansi, reliabilitas, dan keamanan transaksi, serta pencatatan keuangan bisnis,” tulis Sulthan.

Tujuan skema ini untuk memberikan rasa aman dan kepercayaan para investor, serta memberikan peluang optimal bagi para pengusaha kecil untuk mengakses modal melalui pemanfaatan teknologi digital.

URU.in adalah platform collaborative funding untuk investasi di UMKM, dengan penggunaan blockchain, data analytics, dan rekening virtual untuk memberikan kenyamanan dan keamanan kepada investor dan pemilik usaha. Blockchain diimplementasikan pada pencatatan transaksi investasi, pemasukan penjualan-struktur biaya, reinvestasi, hingga penarikan modal usaha. Pencatatan keuangan ini untuk menghindari manipulasi dan tindakan sepihak yang merugikan keberlangsungan bisnis. Sistem ini dicoba dipraktikkan di koperasi-koperasi di Banyuwangi dalam membantu memodali petani dan pengusaha kopi.

Di era perdagangan bebas, individu bahkan bisa mengimpor langsung kebutuhannya melalui platform e-commerce. Bagaimana dampak situasi ini terhadap UMKM di Indonesia? Nika Pranata akan tampil dengan paparan berjudul “How Should Government Promote Competitiveness of Indonesia's Micro, Small, and Medium Enterprises (MSMEs) in the Borderless Trade Era?”  Ia ingin melihat masalah, tantangan, dinamika UMKM Indonesia di era e-commerce terkait persaingan global serta peluangnya yang belum dieksplorasi.

Nika bermaksud menyampaikan rekomendasi hasil temuannya di 34 provinsi agar ada kebijakan khusus untuk mempromosikan daya saing UMKM Indonesia pada era perdagangan bebas.  Salah satunya untuk bersaing di pasar lokal, pemerintah harus membuat dan mempromosikan niche products yang memiliki keunggulan komparatif dan niche market yang belum diakses oleh e-commerce. Niche market adalah pasar yang yang sangat fokus terhadap suatu jenis atau layanan tertentu.

Kita beralih ke peneliti berikutnya, Edwin Arifianto. Judul paparannya “Transforming smart citizen in Indonesia: Visualizing best practices from five smart city cases”. Apakah smart city di Indonesia berbanding lurus dengan peningkatan daya saing SDM, sebagai dasar smart city dan industri 4.0?  Apa saja dampak dari Smart City? 

“Penelitian ini mencoba untuk memahami kerangka masyarakat pintar di smart city melalui konsepsi hasil pengembangan proyek kota pintar,” tulis Edwin.

Edwin akan menjawabnya melalui penelitian dengan beberapa studi kasus dari proyek kota pintar terkenal di seluruh dunia. Studi ini membandingkan kasus di Singapura, Melbourne, London, New York City, dan Tokyo melalui analisis komparatif.

Ruth Euselfvita Oppusunggu menampilkan paparan berjudul, “Market Helper”. Market Helper adalah aplikasi yang diusulkan untuk membantu para pedagang di pasar tradisional bisa bertahan dan bersaing. Penelitian Ruth didasari hasil pengamatan para mahasiswanya di Universitas Pelita Harapan untuk menjawab mengapa kelas menengah milenial perkotaan lebih suka berbelanja di mini atau supermarket modern, sementara pasar tradisional kehilangan pelanggan mereka.

 

Tidak ada faktor tunggal yang menjadi penyebab. Tapi, alasan yang paling banyak disebutkan karena kondisi fisik pasar, bau busuk, sampah yang berserakan, dan lapak-lapak yang terasa pengap. Sementara itu, renovasi butuh investasi besar. Bagaimana Market Helper ini akan membantu para pedagang kecil di pasar tradisional? Bagaimana Zona Produksi bisa membantu menangani rawan pangan? Penasaran dengan Market Helper dari Ruth Euselfvita? Sampaikan ide Anda dan berkolaborasilah bersama Ruth di IDF 2019!

Pembicara Terpilih dari the University of Melbourne, Muhammad Nabil Satria akan membawakan karya berjudul “‘Aquaculture 4.0: Transforming Indonesia’s Future Fisheries SMEs”. Penelitian Nabil akan menggambarkan Aquaculture (budidaya ikan) 4.0 yang ada di seluruh dunia dan di Indonesia saat ini. Penelitian ini juga akan menawarkan beberapa langkah untuk mengoptimalkan pengembangan UKM budidaya ikan di Indonesia agar lebih berdaya saing di era Internet of Things (IoT).

“Aquaculture 4.0 menawarkan solusi pertanian cerdas untuk mengintensifkan produksi dengan memanfaatkan IoT,” tulis Nabil.

Sistem ini mengajak petani ikan mengikuti era baru teknologi yang terjangkau, cerdas, efisien, dan andal. Dengan memanfaatkan Artificial Intelligence (AI atau kecerdasan buatan), kata Nabil, sistem akan memproses informasi penting dari sensor dan satelit pintar. Langkah ini akan menangani tantangan kritis untuk solusi budidaya ikan yang ramah lingkungan sekaligus mampu meningkatkan produksi.

Seperti apa gagasan Nika untuk membawa UMKM ke pasar global?  Juga bagaimana URU.in dalam paparan Sulthan Farras Nanz diimplementasikan? Mari saksikan paparan mereka dan berbagi ide serta inovasi tentang #Kerjalayak #Kerjaproduktif ! Sampaikan gagasan Anda pada Indonesia Development Forum 2019, 22-23 Juli 2019 di Balai Sidang, Jakarta Convention Center.

 


--> -->