Pembicara Terpilih IDF 2019 Sub-Tema 4: Menyoroti Pasar Bebas dan Investasi Sektor Pertanian

July 15, 2019

FDI di sektor pertanian diharapkan membuka lapangan kerja. Foto: Pemprov Lampung.go.id

Apa yang bisa Indonesia pelajari dari Vietnam terkait perdagangan bebas dan masuknya investasi asing? Alwin Adityo, Peneliti Junior di Divisi Perbankan Internasional, Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memiliki penelitian tentang hal ini. Penelitiannya akan dipaparkan dalam Indonesia Development Forum (IDF) 2019, 22-23 Juli 2019, di Balai Sidang, Jakarta Convention Center.

Elwin adalah satu dari dua pembicara terpilih Sub-tema 4 IDF 2019: Memperbaiki Iklim Investasi untuk Penciptaan Lapangan Kerja. Pembicara lainnya adalah Kharisma Bintang Alghazy, anggota Tim Reformasi Regulasi Perizinan Berusaha, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Keduanya terpilih dari 18 pengirim proposal di sub-tema dua yang menjadi bagian tema besar IDF2019, “Mission Possible: Memanfaatkan Peluang Pekerjaan Masa Depan untuk Mendorong Pertumbuhan Inklusif”. 

Dalam paparan Alwin berjudul  “Igniting Foreign Direct Investment (FDI) in Indonesia Through Free Trade Agreements (FTA): Learning from Vietnam’s Experience”, dia menulis “Kebijakan perdagangan Vietnam yang agresif dibandingkan dengan Indonesia menjadikan negara ini lebih baik sebagai penerima FDI.”

 

Menurutnya, menjadi penerima FDI sangat penting di tengah perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina. Perang dagang ini menyebabkan pergeseran produksi dari Cina ke wilayah ekonomi lain yang memiliki banyak tenaga kerja seperti Vietnam dan Indonesia.

 

Investor asing yang ingin hengkang dari Cina akan lebih tertarik berinvestasi di negara dengan banyak FTA. Sebab, FTA memungkinkan produk yang berasal dari suatu negara menikmati tarif-tarif preferensial ke pasar ekspor utama. Para investor ini dinilai lebih tertarik untuk pindah ke Vietnam daripada Indonesia. Karena tarif  produk-produk "Buatan Vietnam" yang ditujukan untuk pasa seperti Uni Eropa dan Kanada akan lebih murah dibandingkan "Buatan Indonesia". FTA juga dinilai Alwin dapat menarik investasi asing dengan menjamin investasi mereka dari penyitaan, nasionalisasi, dan menerima perlakuan yang adil dan merata.

 

Pendekatan ini, menurut Alwin, sangat penting untuk menggiatkan sektor-sektor  yang membutuhkan lebih banyak investasi asing di Indonesia. Berdasarkan laporan oleh The Jakarta Post pada 2018, Indonesia membutuhkan investasi asing di sektor-sektor seperti lembaga pendidikan tinggi, layanan transportasi, dan industri manufaktur yang bernilai tambah tinggi. Namun, Indonesia menghadapi masalah kebijakan bila ingin mengikuti jejak Vietnam. Apa saja hambatan dan tantangan tersebut, dan bagaimana menjawabnya? Alwin akan mengupasnya di ajang IDF 2019.

 

Sementara, Kharisma Bintang Alghazy akan menyajikan paparan berjudul “Paket Kebijakan Ekonomi Tanaman Pangan: Solusi Perbaikan Iklim Investasi dan Penciptaan Lapangan Kerja” yang akan terkait dengan investasi pertanian.

 

“Salah satu kebijakan strategis untuk menciptakan lapangan pekerjaan adalah mendorong partisipasi penanaman modal (investasi) dengan lebih dahulu memperbaiki iklim investasi,” tulis Kharisma.

Pada akhir 2018, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melaporkan investasi dalam negeri dan luar negeri sektor pertanian cenderung naik. Dalam lima tahun, angka investasi dari 21,8 triliun pada 2013 menjadi 54,2 triliun di akhir 2018.

“Kebijakan berbasis teknologi dengan orientasi pada perbaikan iklim investasi di sektor pertanian (agrikultur) diyakini dapat memperluas dan menciptakan lapangan pekerjaan di Indonesia secara lebih efektif,” lanjutnya.

Kharisma melihat pengembangan sektor pertanian pangan di negara-negara berkembang dipastikan dapat menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan bagi masyarakat. Bagi negara berkembang seperti Indonesia, pengembangan sektor pertanian masih memerlukan keterlibatan penanaman modal.

Secara agregat nasional, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) memberikan kontribusi lebih besar dalam peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pertanian. Tapi, Penanaman Modal Asing (PMA) memberikan kontribusi lebih besar dalam penyerapan tenaga kerja.

Lalu apa yang harus dilakukan agar ada perbaikan iklim investasi dan penciptaan lapangan kerja di sektor pertanian? Menurut Kharisma, ketertarikan penanam modal terhadap sektor tanaman pangan masih dihalangi oleh permasalahan-permasalahan pokok investasi. Perlu dilakukan upaya-upaya perbaikan iklim investasi sebagai solusi strategis.

“Paket Kebijakan Ekonomi Pertanian Tanaman Pangan dapat menjadi upaya strategis dan tepat sasaran untuk memperbaiki iklim investasi di sektor tanaman pangan,” kata Kharisma dalam paparan singkatnya.

Paket seperti apa yang tepat? Anda dapat menyimaknya dalam IDF 2019.

Anda bisa turut menyumbangkan gagasan dan berkolaborasi bersama Kharisma dan Alwin dalam perhelatan IDF 2019. Siapkan ide Anda untuk mengupas, tema besar IDF 2019, Mission Possible: Memanfaatkan Peluang Pekerjaan Masa Depan untuk Mendorong Pertumbuhan Inklusif!


--> -->