Preview Special Session IDF 2019 EcoNusa: Mengelola Hutan Papua Barat, Menciptakan Peluang Talenta Lokal

July 11, 2019

“Papua tanah yang kaya, surge kecil jatuh ke bumi”, penggalan lagu “Aku Papua” gubahan Franky Sahilatua dan dinyanyikan oleh Edo Kondolangit ini mewakili kekayaan alam Bumi Cendrawasih.

Propinsi Papua Barat memiliki 91,561 hektar hutan primer yang menjadi rumah dari berbagai vegetasi tanaman dan hewan liar. Ditambah lagi, hutan dan pesisir laut di Papua Barat menjadi "dapur", "apotik" dan sumber bahan bagunan dan penghidupan bagi masyarakat setempat.

 

Yayasan Ekosistem Nusantara Berkelanjutan atau Yayasan EcoNusa akan hadir mengulas kekayaan hutan Papua Barat dan pengelolaan yang tepat, di ajang Indonesia Development Forum (IDF) 2019 bertema “Mission Possible: Memanfaatkan Peluang Pekerjaan Masa Depan untuk Mendorong Pertumbuhan Inklusif”. IDF 2019 akan berlangsung pada 22 – 23 Juli 2019 di Balai Sidang Jakarta Convention Center.

 

Diskusi Special Session Ideas and Innovation Marketplace dari EcoNusa berjudul Pangan dan Tata Guna Lahan di Papua Barat untuk Penciptaan Lapangan Kerja bagi Orang Papua Asli”. Pemanfaatan sumberdaya alam oleh orang asli Papua masih berada di skala sub-sistem. Padahal, potensi hutan dan penggunaan lahan yang tepat dapat membuka peluang lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat. Model pengelolaan hutan dan sumberdaya alam berbasis komunitas dapat menjaga keberlangsungan jasa ekosistem, mengurangi kesenjangan, dan mensejahterakan orang asli Papua.

 

Nah, bagaimana pemerintah Papua Barat dapat mendorong model pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan dengan memanfaatkan kekayaan di hutan mereka? Universitas Papua dan pemerintah daerah Papua Barat bekerjama dengan Yayasan EcoNusa dan WRI Indonesia mengadakan studi “Pangan dan Penggunaan Lahan (Food and Land Use/FOLU). Hasil studi ini merekomendasikan agar warga asli Papua dilibatkan dan diberdayakan untuk mengelola ekowisata, budidaya perikanan, dan pangan yang berkelanjutan di provinsi Papua Barat.

 

Sejumlah pembicara akan hadir dalam diskusi Special Session Yayasan EcoNusa yang akan dilangsungkan pada hari Senin, 22 Juli 2013 pukul 15.30 – 17.00 WIB di Ruang Merak 2, Jakarta Convention Center. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Papua Barat, Prof. Dr. Charlie Dany Heatubun, Shut, MSi, FLS akan memaparkan visi pembangunan berkelanjutan provinsi Papua Barat berbasis kedaulatan masyarakat adat dan peluang lapangan kerja untuk orang asli Papua. Dilanjut dengan Markus Waran, Bupati Kabupaten Manokwari Selatan yang akan memaparkan strategi pengembangan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia di Kabupaten Manokwari Selatan. Dan pemaparan Dr. Yacob Selvinus Fonataba, SP., M.Si, Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan akan menampilkan strategi pengembangan sector pertanian dan perkebunan di provinsi Papua Barat.

 

Sementara dari sisi kajian Food and Land Use (FOLU), Dr. Keliopas Krey dari Universitas Papua sekaligus anggota tim riset FOLU akan memaparkan potensi dan tantangan penciptaan lapangan kerja untuk orang asli Papua di bidang ekowisata, aqua culture dan ketahanan pangan di provinsi Papua Barat. Pemaparan dari pihak pemerintah maupun akademisi, akan diperkaya dengan kisah praktik baik dari Kristian Sauyai, S.Pi, asosiasi homestay di Raja Ampat menyampaikan materi “Pengalaman Orang Asli Papua dalam mengelola ekowisata di Raja Ampat”.

 

Selaras dengan sorotan Dalam diskusi Sesi Khusus IDF 2019 bersama EcoNusa, Road to IDF 2019 telah diadakan di Kota Sorong pada Rabu, 24 April 2019 yang membahas tantangan Papua menuju ekonomi inklusif. Pada diskusi publik itu, muncul ide-ide kreatif dari berbagai komunitas yang mampu mengoptimalkan potensi yang ada di Papua dan Papua Barat. Lebih dari 100 peserta antusias berbagi ide dan mimpi, dari pelatihan digital marketing, pengembangan usaha udah dan rumput laut ke pasar internasional, hingga langkah mewujudkan hutan wisata mangrove Muara Victory dengan souvenir khas noken.

 

Pada akhir tahun lalu, pemerintah Papua dan Papua Barat bersepakat untuk menyatuan visi bersama Tanah Papua, yaitu “Tanah Papua Damai, Berkelanjutan, Lestari dan Bermartabat”. Kesepakatan tersebut tertuang Dalam Deklarasi Manokwari yang isinya merupakan dasar dan arahan utama Dalam pembangunan berkelanjutan di kedua wilayah. Ada empat belas komitmen yang tertuang dalam Deklarasi Manokwari yang menjadi bagian dari climate actions dan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), yakni upaya untuk menghentikan deforestasi sebagai tujuan dari SDGs pada tahun 2020.

 

Keempat belas komitmen tersebut mencakup penyusunan kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Papua dan Papua Barat yang sesuai dengan pembangunan berkelanjutan, komitmen untuk melindungi hak dan memperkuat posisi masyarakat adat, penegakan hukum dalam pengelolaan sumberdaya alam yang tidak sesuai dengan pembangunan berkelanjutan, pengelolaan sumberdaya alam dengan mekanisme insentif, pengembangan Museum Sejarah Alam dan Kebun Raya di Tanah Papua, peningkatan kapasitas sumberdaya manusia dalam pembangunan berkelanjutan, memfasilitasi masyarakat adat untuk menemukan pilihan produk bernilai ekonomis tinggi, mendorong pembentukan lembaga independen untuk penyelesaian sengketa lingkungan, penetapan kawasan dan/atau koridor konservasi daratan dan perairan baru di Tanah Papua, komitmen melakukan evaluasi dampak lingkungan dan infrastruktur yang ramah lingkungan untuk mendekatkan Orang Asli Papua dengan layanan dasar dan pasar lokal, mendorong kemitraan di tingkat local-nasional-global dan platform multipihak, dan melanjutkan kerjasama yang telah terbangun dengan masyarakat sipil, lembaga keagamaan, lembaga adat, dan pihak-pihak lainnya untuk mendukung model pengelolaan yang inklusif dan berkelanjutan di provinsi Papua dan Papua Barat.

 

Yayasan EcoNusa adalah organisasi nirlaba yang bertujuan untuk meningkatkan inisiatif local di Tanah Papua dan Maluku ke tingkat nasional dan internasional.  Tujuannya untuk mendukung pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan dan setara di Indonesia.

 

Yayasan EcoNusa dalam kerjanya di provinsi Papua Barat mengembangkan model ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan serta memfasilitasi masyarakat local untuk berdaya mengelola sumberdaya alam di wilayahnya. Ini sejalan dengan tema IDF 2019. Ayo ikut berdiskusi tentang Papua Barat di IDF 2019 bersama Yayasan EcoNusa dan pemerintah provinsi Papua Barat.

 

Informasi lebih lanjut: yudha@econusa.id 

 

 

 


--> -->