Preview Special Session Innovate IDF 2019 ILO: Magang Berkualitas, Menjawab Kebutuhan SDM Industri yang Dinamis

July 10, 2019

Foto : ILO

Skills mismatch atau ketidakcocokan keterampilan masih menjadi salah satu penyebab pengangguran di Indonesia. Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2018, angkanya mencapai 7 juta orang. Sistem magang yang tepat diharapkan menjadi salah satu solusi untuk mengatasi ketidakcocokan tersebut.

Persoalan kerja magang ini akan menjadi sorotan Organisasi Perburuhan Dunia atau International Labour Organization (ILO) dalam  Special Session (sesi khusus)  Innovate di Indonesia Development Forum (IDF) 2019 pada 22-23 Juli di Jakarta Convention Center. Bahasan  ini terkait tema besar IDF 2019 yakni “Mission Possible:  Memanfaatkan Peluang Pekerjaan Masa Depan untuk Mendorong Pertumbuhan Inklusif”.

Sesi Khusus bersama ILO diberi judul, “Long and Winding Road to Quality Apprenticeship in Indonesia”. Tujuan sesi ini untuk mempromosikan pemahaman yang jelas tentang program pemagangan dan mempromosikan pemagangan yang berkualitas. Hadir sebagai pembicara adalah Kazutoshi Chatani, Spesialis Ketenagakerjaan ILO; Agung Pambudhi, Direktur Lembaga Penelitian Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO); Sumarni dari PT Trans Retail; dan Eduard Marpaung, Sekretaris Jenderal Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI).

Ketidakcocokan keterampilan kerap kali muncul akibat kurangnya koordinasi dan kolaborasi di antara para pemangku kepentingan dalam pengembangan keterampilan. Hasilnya, keterampilan yang diberikan tidak sesuai dengan permintaan pasar kerja.

Menurut ILO, kebutuhan keterampilan perusahaan seringkali tidak dikomunikasikan atau dipahami dengan baik oleh perencana dan lembaga penyelenggara Sistem Pendidikan dan Pelatihan Vokasi (Technical and Vocational Education and Training/TVET. Akibatnya, program pengembangan keterampilan gagal merespons perubahan permintaan keterampilan dari industri. Upaya-upaya untuk mengintensifkan koordinasi industri- pendidikan vokasi secara sistematis adalah kunci untuk menyelaraskan penawaran dan permintaan keterampilan, serta mengurangi ketidakcocokan keterampilan.

“Salah satu bidang strategis bantuan ILO untuk Indonesia adalah pengembangan keterampilan untuk memperkuat strategi kejuruan nasional,” tulis ILO.

Elemen kunci pada strategi kejuruan ini, menurut ILO membutuhkan kemitraan yang kuat antara Industri dan TVET. Upaya untuk memperkuat kemitraan antara industri dan Sistem Pendidikan dan Pelatihan Vokasi (TVET) telah dibangun oleh berbagai Kementerian seperti Kementerian Perindustrian, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Tenaga Kerja. Tapi, hingga kini masih menyisakan tantangan. Institusi Teknis dan Kejuruan dan sekolah belum mampu memberikan keterampilan yang dibutuhkan industri.

Teknologi di sektor industri berubah dengan cepat. Di sisi lain, banyak pendidikan vokasi belum mampu mengejarnya. Dalam konteks inilah magang menjadi salah satu solusi yang paling cocok untuk meningkatkan kompetensi berdasarkan kebutuhan dan teknologi industri.

Magang Nasional merupakan salah satu skema pelatihan kejuruan untuk mengurangi ketidakcocokan keterampilan. Anak-anak muda dilatih dan diberi kesempatan untuk mempraktikkan pengetahuan dan keterampilan mereka di industri. Tantangan yang harus segera diatasi untuk mencegah eksploitasi tenaga kerja adalah kurangnya pelaksanaan magang yang berkualitas.

Pemerintah Indonesia juga mengakui efektivitas sistem pemagangan untuk mengatasi ketidakcocokan antara keterampilan tenaga kerja dan kebutuhan industri. Kementerian Tenaga Kerja misalnya, bekerja sama dengan APINDO dan Kamar Dagang dan Industri (KADIN) mengadakan Program Pemagangan.

“Program Pemagangan menjadi salah satu upaya penyiapan tenaga kerja yang kompeten dan sesuai dengan kebutuhan industri,” kata Menteri Ketenagakerjaan, Hanif Dhakiri seperti dilansir dari Liputan6.com. Dalam setahun Kemenaker menargetkan ada 400.000 orang ikut magang. Untuk mencapai target ini, Kemenaker harus menyiapkan setidaknya 8.000 mentor dari kalangan industri.

Program pemagangan menurut Menaker, Hanif Dhakiri dirancang secara serius untuk menghasilkan pekerja terampil. Peserta magang ditempatkan berdasarkan jabatan tertentu untuk mendapatkan keahlian tertentu dengan pendampingan mentor yang telah disediakan perusahaan. Pemagangan diakhiri dengan uji kompetensi selama magang, peserta pun mendapatkan upah.

Untuk makin memperjelas tentang pentingnya pemagangan, seperti apa magang yang berkualitas, dan bagaimana sistem ini bisa membantu menjawab kebuntuan skills mismatch, dalam diskusi Sesi Khusus ILO di IDF 2019, akan ada pemutaran dua video dokumenter. Para peserta di sesi ini bisa melihat proses kemitraan antara Industri dan TVET melalui Kemitraan antara SMK dan Industri, juga peran industri untuk memperkuat pelatihan kejuruan. Jangan lewatkan Special Session Innovate bersama ILO di IDF 2019 yang akan mengeksplorasi tema utama “Mission Possible:  Memanfaatkan Peluang Pekerjaan Masa Depan untuk Mendorong Pertumbuhan Inklusif”!


--> -->