Preview Special Session Innovate IDF 2019 Koalisi Seni Indonesia: SDM Seni Budaya Tak Tergantikan oleh Teknologi

July 09, 2019

Tahun 2019, pemerintah menyatakan akan fokus pada pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM). Saat kita mendefinisikan pembangunan manusia sebagai upaya memperkaya hidup manusia Indonesia dengan pilihan-pilihan, maka seni dan budaya merupakan sektor yang tak dapat lagi diabaikan.

Aspek seni dan budaya pembangunan manusia ini akan dibahas dalam Special Session (Sesi Khusus) Indonesia Development Forum (IDF) 2019 bertajuk “Kualitas Ketenagakerjaan Sektor Seni dan Budaya Indonesia”, bekerja sama dengan Koalisi Seni Indonesia. Sesi ini akan berlangsung pada hari kedua, yakni 23 Juli 2019.

Sejatinya, pentingnya seni dan budaya dalam pembangunan juga selaras dengan panduan indikator pembangunan budaya atau Culture for Development Indicators Suite (CDIS) dari UNESCO. Pembangunan manusia dimaknai UNESCO bertujuan “memperluas hidup manusia agar lebih kaya, tidak saja mengenai kekayaan ekonomi tempat manusia hidup”. 

Apalagi, budaya mampu memfasilitasi dan memunculkan berbagai kesempatan bagi individu dan masyarakat melalui berbagai cara, antara lain:

  • Kontribusi industri kreatif dan kebudayaan terhadap perkembangan ekonomi global sangat besar. Survei “Cultural Times” Ernst & Young pada 2015 memperkirakan kontribusi global sektor kreatif dan kebudayaan mampu menghasilkan US$250 miliar per tahun dan menciptakan 29,5 juta pekerjaan di dunia. Di Indonesia, jutaan orang juga bergantung pada industri kreatif dan kebudayaan, mulai dari penenun kain yang berjualan lewat koperasi hingga kru untuk film beranggaran besar. Jika tata kelola industri kreatif dan kebudayaan Indonesia diperbaiki, maka kemajuan masyarakat dalam teknologi, pendidikan, ekonomi, dan kesehatan jiwa juga dipastikan meningkat.
  • Undang-undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan memandatkan Rencana Induk Pemajuan Kebudayaan diarusutamakan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan Jangka Panjang Nasional. Saat hal tersebut  terjadi, dibutuhkan SDM kompeten dalam bidang budaya di 514 kabupaten/kota dari 34 provinsi. Pengembangan, pemanfaatan, pembinaan, hingga perlindungan objek kebudayaan membutuhkan tenaga kerja dengan keahlian yang sangat spesifik dan tak tergantikan oleh teknologi.
  • Seiring upaya mengatasi meningkatnya ekstremisme dan konservatisme, perhatian terhadap kebudayaan adalah bagian dari upaya membangun kembali literasi masyarakat terhadap keberagaman. Kelenturan masyarakat menghadapi proses perubahan secara signifikan akan mereduksi konflik dan mempererat identitas bersama.

Bagaimana ketiga cara di atas bisa meningkatkan pembangunan manusia dan penciptaan tenaga kerja? Simak sesi khusus ini, yang akan menghadirkan empat narasumber mumpuni:

  • Dr. Hilmar Farid, Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, akan memaparkan kondisi terkini ketenagakerjaan bidang budaya di Indonesia. Dia juga akan menjelaskan langkah yang harus dilakukan dalam upaya memperbaiki tata kelola pemerintah untuk memajukan sumber daya manusia di sektor seni dan budaya.
  • Moe Chiba, Head of Unit for Culture dari UNESCO Jakarta, akan memaparkan hasil Culture for Development Indicators (CDIS). Riset ini menggunakan indikator-indikator yang menyoroti cara kebudayaan berkontribusi pada pembangunan nasional, sehingga menyuburkan pertumbuhan ekonomi sekaligus membantu masyarakat mengembangkan pilihan hidupnya dan beradaptasi dengan perubahan. Pada sesi ini, Moe akan menjelaskan penyerapan tenaga kerja sektor budaya sebagai salah satu bagian dari dimensi ekonomi yang diukur melalui CDIS.
  • Premana W. Premadi, ahli astrofisika. Pengajar astrofisika dari ITB dan pengampu Observatorium Bosscha ini akan berbagi pandangan berdasarkan pengalamannya melakukan rangkaian kegiatan pengembangan kapasitas SDM bidang STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, Math) lewat pelatihan pemanfaatannya pada kebutuhan masyarakat di Timor.
  • Maria Tri Sulistyani, pendiri dan direktur artistik Papermoon Puppet Theatre. Papermoon telah menciptakan lebih dari 20 karya pertunjukan boneka dan pameran instalasi seni visual di lebih dari 10 negara, termasuk Inggris, Amerika Serikat, Jepang, dan Skotlandia. Dalam sesi ini, Ria akan berbagi pemikirannya mengenai pasokan dan permintaan ketenagakerjaan sektor seni.

Sesi khusus ini akan mengeksplorasi peran seni dan budaya dalam pembangunan manusia dan penciptaan tenaga kerja, serta langkah yang perlu diambil untuk membangun keduanya. Dalam sesi ini, para pemangku kepentingan kunci berbagai sektor seperti pekerja budaya, seniman, profesi kreatif lainnya, serta usaha komersil bidang kreatif dan kebudayaan, akan bertemu. Hadir pula wakil dari lembaga nirlaba bidang seni budaya, institut pendidikan bidang seni budaya, serta lembaga publik bidang budaya seperti museum, galeri, situs warisan budaya, dan perpustakaan.

Ekonomi kreatif yang di dalamnya mengedepankan seni budaya diharapkan terus menumbuhkan peluang kerja baru di tengah kemajuan teknologi dan otomatisasi. Sektor ini juga diharapkan memberi kesempatan yang sama untuk semua pihak terlibat di dalamnya. Ini selaras dengan tema Indonesia Development Forum 2019, “Mission Possible:  Memanfaatkan Peluang Pekerjaan Masa Depan untuk Mendorong Pertumbuhan Inklusif.” Maka, bergabunglah dengan Special Session Innovate IDF 2019 bersama Koalisi Seni!

Sebagai catatan, Premana W. Premadi dan Maria Tri Sulistyani akan hadir pula dalam sesi Marketplace IDF 2019. Dalam sesi tersebut, mereka akan berbagi cerita dan inisiatifnya. Anda bisa memberi masukan dan merancang kolaborasi dengan mereka, bersama-sama membuat karya nyata yang memicu perubahan positif bagi Indonesia.

 

 


--> -->