Uji Akses Lokasi IDF 2019: Memastikan Ramah untuk Penyandang Disabilitas

July 03, 2019

Para perwakilan disabilitas bersama pendamping menguji aksesibilitas di lokasi IDF 2019.

“Win, ini karpetnya tipis, tidak terlalu tebal dan berbulu nih,” kata Aulia Amin, seorang penyandang disabilitas pengguna kursi roda kepada Erwin Ganda Wijaya pengguna kursi roda lainnya saat Uji Akses Lokasi IDF 2019 pada Rabu, 26 Juni 2019. Keduanya dari Gerakan Aksesibilitas Umum Nasional (GAUN).

Amin dan Erwin berkali kali maju mundur dengan kursi rodanya, lalu memutar.  Keduanya sedang menjajal salah satu ruangan berkarpet dalam Balai Sidang Jakarta Convention Center (JCC) yang akan menjadi ruang makan pada gelaran Indonesia Development Forum (IDF) 2019 pada 22-23 Juli.

Knowledge Sector Initiative (KSI) mengajak perwakilan disabilitas untuk memastikan lokasi perhelatan IDF 2019 ramah bagi penyandang disabilitas. Dalam Pedoman Acara dan Komunikasi Inklusif yang dikeluarkan KSI pada 2019, karpet tebal, pilar besar, dan perbedaan ketinggian lantai dapat mengganggu keleluasaan gerak penyandang disabilitas.

“Untuk meja tempat makanan setinggi apa?” tanya Amin kepada petugas JCC.

Pengelola menyebut ketinggian meja tempat hidangan makanan sesuai standar, 76 cm. Makanan di atas meja setinggi itu, tidak mudah dijangkau pengguna kursi roda. Pedoman Acara dan Komunikasi Inklusif dari KSI menjelaskan semua peserta sebaiknya bersantap di area yang sama sehingga perlu disiapkan meja yang mudah diakses dengan tinggi kurang dari satu meter.

Amin menyampaikan permintaan agar pengelola menyediakan meja yang lebih rendah atau menyediakan petugas untuk membantu proses pengambilan makanan.  Rombongan lalu berkeliling ke setiap lokasi yang akan digunakan untuk acara IDF 2019. Meninjau ruang pertemuan, tempat singgah tamu, memeriksa toilet, lift, dan fasilitas lain.

Tahun ini IDF mengangkat tema Mission Possible: Memanfaatkan Peluang Pekerjaan Masa Depan untuk Mendorong Pertumbuhan Inklusif. Keterlibatan para penyandang disabilitas sangat penting dalam gelaran ini, sebagai upaya mewujudkan peluang kerja inklusif. Seperti penyelenggaraan tahun lalu, IDF berkomitmen untuk kesetaraan gender dan inklusi sosial dengan melibatkan organisasi disabilitas sejak persiapan acara. Bahkan, komitmen tahun ini diperkuat dengan KSI memberikan Dana Perjalanan bagi penyandang disabilitas hadir di IDF 2019. 

Apresiasi dan Catatan 

Aulia Amin dan Erwin Ganda Wijaya dari Gerakan Aksesibilitas Umum Nasional (GAUN) memberikan apresiasi karena pengelola gedung JCC telah menyediakan bidang miring dan sejumlah toilet untuk penyandang disabilitas. Namun menurutnya, di toilet khusus pengguna kursi roda, perlu ditambahi pegangan pintu dan pegangan di tembok bagian dalam. Keduanya dibutuhkan pengguna kursi roda saat berada dalam toilet. 

“Selanjutnya tempat parkir untuk kendaraan khusus pengguna kursi roda. Saya kan tadi pakai kendaraan roda tiga, bingung parkirnya dimana. Lalu di pintu masuk perlu ada suara yang bisa memandu teman-teman netra dan tulisan berjalan untuk teman-teman disabilitas pendengaran,” tambah Erwin.

Catatan lainnya kata Erwin, soal karpet. Menurutnya, tidak semua kursi roda seperti miliknya dan milik Amin.

“Ada banyak jenis kursi roda, yang tidak semuanya bisa berjalan dengan lancar di karpet seperti yang ada di JCC ini. Kalau bisa lebih tipis lagi,” katanya.

Rahma Utami adalah perwakilan penyandang disabilitas pendengaran dari GAUN yang ikut dalam uji akses disabilitas ini. Ia mengamati setiap ruangan, mendongak ke atas, menatap lampu-lampu. Pandangannya menyapu semua ruangan. Tapi, ia tidak menemukan lampu alarm.

“Kalau ada bahaya, lampu alarm itu akan memberi peringatan bagi penyandang disabilitas dengar,” kata Rahma yang dibantu penerjemah bahasa isyarat.

David Cahyana dari tim teknis GAUN melihat secara umum upaya pengelola mempermudah akses untuk penyandang disabilitas sudah baik. Di lift misalnya, pada tombol angka sudah ada huruf braille yang akan sangat berguna untuk penyandang disabilitas netra. Sayangnya, lift tidak dilengkapi dengan notifikasi suara yang bisa memberi tahu posisi sedang berhenti di lantai berapa.

Selain itu, terkait bidang miring di pintu masuk masih agak curam untuk pengguna kursi roda.

“Harus dibuat lebih landai, untuk sementara bisa dikasih papan,” saran David.

Catatan dia lainnya, karena tidak ada guiding block atau ubin pemandu dalam ruangan, penyandang disabilitas netra bisa menerapkan teknik trailing, yaitu dengan menyentuhkan tongkat ke tembok. Untuk itu, panitia harus membuat jalur di sepanjang sisi tembok bersih dari barang-barang.

Namun penyandang disabilitas netra dari GAUN, Yogi Ahmadsoni menilai waktu yang tersisa sangat terbatas. Ia mengusulkan panitia menyediakan pemandu pada saat acara berlangsung.

“Idealnya yang namanya aksesibilitas ya, kalau kita bisa mandiri dengan bantuan ubin pemandu. Tapi sudah mepet, jalan keluarnya adalah dibantu pemandu,” kata Yogi.

Untuk itu, lanjut Yogi, pemandu harus mendapatkan pelatihan lebih dahulu.

Selain pemandu khusus, informasi tentang bagaimana cara berkomunikasi dan berinteraksi dengan penyandang disabilitas juga harus disosialisasikan kepada semua peserta.

“Misalnya saat berkomunikasi dengan penyandang disabilitas netra, jangan bilang, ‘ini itu’, harus jelas maksudnya. Karena netra tidak tahu arti ‘ini itu’. Sebagai contoh, mau memberi tahu pintu di sebelah mana atau memberi tahu menu makanan, bilangnya di arah jam tiga ada nasi, di arah jam sembilan ada sayur dan lain-lain,” Yogi mencontohkan.

 

Fajri Nursyamsi sebagai Konsultan GESI (Gender Equality and Social Inclusion/ Kesetaraan Gender dan Inklusi Sosial) dari KSI telah menyampaikan ke pengelola untuk menindaklanjuti sejumlah masukan di atas. Tak kalah pentingnya, kata Fajri, persiapan aspek pelayanan yang inklusif bagi penyandang disabilitas pada saat penyelenggaran IDF 2019.

“Bagaimana nanti harus berinteraksi dengan penyandang disabilitas, dalam memandu teman-teman disabilitas netra, mendorong kursi roda, dan lain-lain. Ini yang harus dilengkapi,” tambahnya.

Kepada para penyandang disabilitas Fajri menyampaikan, IDF 2019 sangat strategis untuk diikuti.

“Akan ada banyak hal terkait disabilitas yang dibahas di acara ini, sehingga sangat disarankan teman-teman disabilitas terutama teman-teman yang aktif dalam gerakan, aktif dalam advokasi untuk bergabung dalam IDF 2019. Secara substantif sangat strategis, dan secara aksesibilitas akan terus diupayakan,” tutup Fajri.

 


--> -->