Road to IDF 2019, DEVI Speed Date: Menjalin Kolaborasi, Mewujudkan Kerja Inklusif untuk Penyandang Disabilitas

July 02, 2019

Suasana diskusi dalam acara DEVI Speed Date: Promoting Inclusive Employment Opportunities.

“Kami baru memulai program persiapan kerja untuk anak muda berkebutuhan khusus, mungkin kita bisa berkolaborasi dengan Pertuni,” kata Buhai Simanjuntak, Program Manager dari Save The Children.

Wakil Persatuan Tuna Netra Pertuni menyimak penjelasan dengan baik, sebelum akhirnya menyampaikan rencana kerja organisasinya tahun ini. Rencana pembicaraan lebih lanjut pun disampaikan. Save the Children lalu bergeser ke meja lain, bertemu dengan wakil-wakil organisasi lain. Sedangkan, Pertuni lanjut berbincang dengan Smeru Research.

Siang itu, 25 Juni 2019, sekitar 30 perwakilan dari berbagai organisasi, termasuk organisasi penyandang disabilitas (Disabled People’s Organizations/DPO), perusahaan swasta, konsultan HRD, dan lain-lain saling bertemu dalam ajang DEVI Speed Date: Promoting Inclusive Employment Opportunities. Dua atau tiga wakil organisasi yang hadir akan berbincang mengelilingi meja kecil, berkenalan, bertukar kartu nama, menyampaikan program, menceritakan apa yang dimiliki, dan apa yang dibutuhkan untuk membuka peluang kolaborasi. Berikutnya mereka akan berganti teman ngobrol, hingga seluruh peserta telah saling berhadapan.

Acara ini merupakan kencan kilat untuk mewujudkan kerja inklusif bagi penyandang disabilitas yang digelar atas kolaborasi Saraswati Development Innovation dan Indonesia Development Forum (IDF).

“Acara ini kami adakan karena kami melihat antara teman-teman DPO, development, dan private sector masih sendiri-sendiri dalam mewujudkan kerja inklusif untuk disabilitas. Dengan adanya kecan kilat, kami harapkan bisa saling eksplorasi, ‘Ada nggak sih ke depannya yang bisa dikolaborasikan?” kata Tiara Permadi, Project Manager Saraswati.

“Mungkin kami akan berkolaborasi dengan Coding for Social atau Save The Children. Kebetulan kita mau mengadakan acara diskusi akhir tahun, dengan tema Industri 4,0,” kata Sufti Nurmadiyanti dari Teman Tanpa Batas setelah acara ‘dating’ berlangsung. Kolaborasi antara lain berupa pelatihan digital. Menurut Sufti, ia juga akan dibantu Saraswati untuk mengembangkan pasar dan platform produk-produk dari penyandang disabilitas di Teman Tanpa Batas yang berbasis di Bandung, Jawa Barat.

Organisasi lain yang hadir di antaranya, Perusahaan Konsultan HRD Daya Lima, PT Disabilitas Kerja Indonesia, Pulse Lab Jakarta, Program MAMPU, Kerjabilitas, Bank Mandiri, dan lain-lain. Acara ajang perjodohan” antara para penyandang disabilitas dan perusahaan ini memberi kesempatan setiap organisasi disabilitas melakukan pitching singkat kepada perusahaan perekrut pekerja dengan disabilitas dan organisasi lain yang mendorong pertumbuhan kerja inklusif.

Direktur Sigab Indonesia, Suharto mengatakan acara ini sangat signifikan untuk membuka peluang penyandang disabilitas untuk mendapatkan pekerjaan. “Penyadang disabilitas sering tidak tahu perusahaan-perusahaan mana yang bisa menerima mereka, sementara perusahaan juga tidak tahu bagaimana menerima penyandang disabilitas, apa-apa saja penyesuaian yang harus dilakukan terkait fasilitas dan kebijakan,” lanjutnya.

Suharto mencontohkan perusahaan bisa mengetahui apa yang dibutuhkan untuk jika mempekerjakan penyandang low vision atau penglihatan minim, juga pengguna kursi roda. “Misalnya toiletnya bagaimana dan lain-lain,” katanya.

Kesempatan Kerja Makin Terbuka

Sebelum ‘kencan kilat’, acara dibuka dengan diskusi yang menghadirkan Kerjabilitas, Bank Mandiri, DPO Christoffel Blindenmission (CBM), Bank Mandiri, dan pekerja disabilitas.

Kerjabilitas merupakan platform yang membantu kaum penyandang disabilitas memperoleh pekerjaan yang layak. Dalam paparannya, Chief Technology Officer Kerjabilitas Teti Sianipar mengatakan selain menjodohkan pelamar kerja disabilitas di platformnya, Kerjabilitas juga memberi pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kapasitas pekerja, secara online dan offline. “Program ini berangkat dari riset kami, dari CV mereka yang masukkan belum menenuhi syarat untuk masuk dunia kerja,” ujar Teti.

Kerjabilitas membantu penyandang disabilitas menulis CV hingga menyiapkan diri untuk wawancara.Kerjabilitas telah menjaring 9.000 pelamar dan bermitra dengan sekitar 2.000 perusahaan. Hingga kini sebanyak 350 pekerja disabilitas sudah tersalurkan.

“Terus terang belum mencapai target, karena yang 8.650-an ini kan masih nagih-nagih juga, belum kerja nih. Harapan kami, ya kalau bisa 20 persennya saja, bagus banget,” kata Teti.

Salah satu perusahaan yang menerima pekerja disabilitas adalah Bank Mandiri Yogyakarta. Selain, untuk menjalankan UU Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas yang menyatakan BUMN wajib memperkerjakan setidaknya 2 persen penyandang disabilitas, langkah ini juga sesuai dengan spirit Bank Mandiri.

Siapa pun pegawai Bank Mandiri kita pastikan bisa berkontribusi untuk lingkungannya, saya mewujudkan dengan memberi kesempatan kepada teman-teman disabiltas,” kata Asih Samihadi dari Bank Mandiri Yogyakarta yang kini mempekerjakan 23 pekerja dengan disabilitas.

Sementara sebagai DPO, CBM berupaya membiasakan diri memberikan contoh kepada organisasi lain, dengan cara merekrut penyandang disabilitas untuk bekerja. “Mereka direkrut jadi bagian CBM dan mulai menjadi subyek dari kegiatan yang kita lakukan,” kata Project Officer CBM Jaka Ahmad. Menurutnya dengan menjadikan penyandang disabilitas dalam berbagai kegiatan akan membuat mereka akan maksimal menggunakan kemampuan mereka.

Arya Yoga adalah pekerja disabilitas yang baru bergabung dengan Kementerian Perhubungan setahun silam. Sejak kecelakaan pada 1997, Arya tak berpikir bisa bekerja di sebuah instansi. “Hanya berpikir untuk wirausaha. Saya pikir enggak mungkin bisa bekerja dengan kursi roda," ungkap Yoga.

Selama beberapa tahun Arya mengisi hari-harinya dengan berjualan. Jualannya berganti-ganti mulai dari selimut, hingga ayam goreng. Hingga pada tahun lalu Kementerian Perhubungan membuka kesempatan. “Alhamdulilah diterima, kesempatan makin terbuka,” kata Arya.

Selepas ajang DEVI Speed Date, organisasi yang hadir bisa saling berkolaborasi untuk mendukung akses kerja yang lebih luas bagi penyandang disabilitas. Bentuknya beragam, seperti kolaborasi dalam menggelar event, membuat atau menggabungkan program bersama, pelatihan, advokasi, bantuan teknis untuk mengembangkan website, dan lain-lain.

 


--> -->