Pembicara Terpilih IDF 2019 Sub-Tema 1: Bicara Soal 4.0 hingga Pariwisata Berkelanjutan

June 24, 2019

Warga desa dilibatkan dalam wisata Banyuwangi, salah satunya Sanggar Genjah Arum, dari Desa Kemiren, -Foto Kompas

Knowledge Sector Initiative KSI telah menetapkan para pembicara terpilih yang akan tampil dalam perhelatan Indonesia Development Forum (IDF) 22-23 Juli 2019 di Balai Sidang, Jakarta Convention Center. IDF 2019 mengusung tema, Mission Possible: Memanfaatkan Peluang Pekerjaan Masa Depan untuk Mendorong Pertumbuhan Inklusif. Selama dua hari perhelatan, tema tersebut akan dibedah dalam delapan sub-tema. 

Masing-masing sub-tema akan diisi dengan paparan yang beragam dari para pembicara terpilih ini. Sub-tema pertama, Mempercepat Transformasi Struktural menampilkan tiga pembicara pemenang dari 42 proposal Call for Submission yang terpilih, yaitu Deasy Damayanti Putri Pane, staf Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, BAPPENAS; Monitta Putri Lisa Mary, penerima Australia Awards, yang tengah menempuh studi Master of International Sustainable Tourism Management di Monash University; dan Bianca Putri Ramadhani, Sustainability Project Leader di H&M.

Deasy Pane akan menyajikan penelitian berjudul, The Role of Imported Intermediate Inputs in Firms’ Productivity and Exports: Evidence from Indonesia. Imported Intermediate Inputs adalah penggunaan berbagai barang dan jasa yang diimpor untuk suatu kegiatan produksi untuk menghasilkan output berupa barang dan jasa. Menurut Deasy, studi ini berkontribusi dalam mengembangkan literatur tentang input yang diimpor dan kinerja perusahaan.

“Kontribusi itu antara lain, penelitian memberikan bukti tambahan tentang efek positif dari input impor pada produktivitas perusahaan di negara berkembang,” tulis Deasy.

Selain itu, meski ada sejumlah investigasi yang mengaitkan pentingnya input yang diimpor untuk kegiatan ekspor, penelitian ini didukung referensi penelitian lain, memberikan bukti sebab akibat bagaimana input perantara yang diimpor mempengaruhi kinerja ekspor. Di era perselisihan perdagangan akhir-akhir ini, banyak negara menjadi lebih proteksionis— di mana impor dipandang sebagai ancaman bagi ekonomi. Penelitian ini justru menyoroti pentingnya input yang diimpor terhadap produktivitas dan kinerja ekspor perusahaan-perusahaan domestik.

Sementara itu, Monitta Putri Lisa Mary mengangkat soal pariwisata dengan suguhan penelitian berjudul The Tourism Regional Planning Concept to Minimalize Leakage and Stimulate the Local Workforce. Studi kasusnya di Banyuwangi. Monita menyoroti pariwisata yang tumbuh pesat dan bisa menjadi bumerang bagi penduduk setempat.

 

Areal tujuan wisata atau destinasi yang penuh sesak sehingga menimbulkan masalah, hingga para investor juga mulai mengambil sumber daya lokal. Perencanaan pariwisata yang tidak tepat, berisiko menciptakan berbagai kebocoran.

 

“Sebagian besar pendapatan justru jatuh pemain-pemain terkemuka dari daerah lain, sedangkan penduduk di sekitarnya tetap miskin,” jelas Monitta.
 

Kondisi diperparah ketika masyarakat menanggung dampak negatif dari pengembangan pariwisata yang tidak berkelanjutan, seperti penyerapan air tanah dan limbah dalam jumlah besar tanpa pengolahan memadai.

 

Studi Monita bertujuan untuk mendorong pentingnya perencanaan regional dalam mengembangkan pariwisata berkelanjutan, melibatkan masyarakat dalam industri ini, serta mengurangi kebocoran. Tiga faktor yang disorot dalam makalah ini, yaitu tingkat kepemilikan lokal, tingkat pekerjaan, dan kemampuan untuk menghubungkan industri lokal dengan pariwisata.

 

Banyuwangi dipilih sebagai studi kasus karena memiliki pertumbuhan pariwisata yang luar biasa sejak 2010 di bawah kepemimpinan Bupati Azwar Annas. Pemerintah setempat menempuh sejumlah strategi, antara lain meminimalkan kebocoran dengan memusatkan pembangunan hotel-hotel besar di kota. Di sisi lain, pemkab mendorong masyarakat setempat untuk berpartisipasi dalam industri pariwisata melalui homestay, festival lokal, dan kegiatan pariwisata lainnya di pedesaan.

 Industry 4.0 in Textile and Garment Industry: BRIDG. IT for Sustainable Jobs,” adalah judul penelitian yang akan ditampilkan Bianca. Penelitian ini mengusulkan metode yang disebut BRIDG.IT untuk membantu perusahaan tekstil dan garmen menentukan jalur mereka dalam mengimplementasikan revolusi industri 4.0.
 

Metode pertama, Bridge The Value Drivers & Levers, untuk memilah pilihan kemajuan, perusahaan dapat menggunakan Industri 4.0 untuk membantu menentukan strategi mereka. Kedua, Bridge Area & Technology Technologies, dapat meningkatkan kemampuan pabrik untuk mengatasi permintaan pasar yang dinamis dan untuk tetap kompetitif secara global di masa datang. Ketiga, Bridge The Skills, bagian ini sangat penting untuk memahami perubahan yang akan terjadi pada Industri 4.0 di sektor manufaktur. Untuk bisa menjalankan proses transisi dengan lancar, perusahaan harus mengembangkan keterampilan baru.
 

Nantikan diskusi bersama pembicara terpilih di panggung IDF 2019! Sebagai peserta IDF 2019, Anda bisa mulai berinteraksi hingga mengatur janji bertemu dengan pembicara IDF melalui aplikasi Whova. Unduh sekarang di Android dan iOS!

 

 


--> -->