Mencari Celah Peneliti untuk Berdampak dalam Proses Pengambilan Kebijakan

May 09, 2019

Louise Shaxson, Acting Head dari Research and Policy in Development (RAPID) Programme dari Overseas Development Institute memberi tips agar hasil penelitian dapat dipertimbangkan dalam proses pengambilan kebijakan. 

Bukti-bukti yang sudah didapat dalam penelitian tidak selalu dapat diterima dengan berbagai sebab; mulai tidak dibacanya hasil riset, kompleksnya proses pengambilan kebijakan, hingga proses politik yang ada di dalamnya. Kendati hasil riset sangat penting menjadi acuan dalam proses pengambilan kebijakan yang tepat. Lantas, apa yang harus dilakukan agar penelitian dapat berdampak untuk kebijakan?

Hal ini terungkap dalam diskusi KSIxChange#10 “Improving the Impact of Your Research on Policy: Suggestion, Opportunities and Challenges” yang diadakan oleh Knowledge Sector Initiative di Jakarta pada Kamis 2 Mei 2019. 

Louise Shaxson, Acting Head dari Research and Policy in Development (RAPID) Programme dari Overseas Development Institute memberi tips agar hasil penelitian dapat dipertimbangkan dalam proses pengambilan kebijakan. 

Pertama-tama menurut Shaxson, peneliti harus mengetahui sektor apa yang ingin dipengaruhi. Pesan utama dari hasil penelitian harus jelas. Peneliti harus memahami proses pengambilan kebijakan itu tidak mudah dan sangat kompleks. Kebijakan juga diambil bukan dari keputusan tunggal, tetapi dari banyak orang di berbagai level. Karena itu, sebagai peneliti, harus juga memahami proses pengambilan kebijakan itu.

Dalam proyek analisis investasi agrikultura di Uganda, misalnya, proses mulai diterima proposal hingga laporan ringkasan kebijakan final membutuhkan waktu minimal enam bulan sebelum persiapan implementasi. Sejak proposal diterima, proses yang dilalui meliputi konsultasi, penelitian, analisis hasil, peninjauan melalui lokakarya, penyusunan draf kebijakan, konsultasi, penyampaian rekomendasi, presentasi kepada pemerintah pusat, laporan ringkasan kebijakan final, hingga persiapan implementasi. 

Peneliti juga harus mengetahui siapa yang ingin dipengaruhi dan waktu pengambilan kebijakan. Perhatikan siklus pengambilan kebijakan, ikut terlibat dan hadir dalam setiap prosesnya. Kemudian, buat komitmen, meskipun segala sesuatu bisa saja berubah karena serba tidak pasti dan kompleks.

Pembuat kebijakan tidak ingin mendengar masalah, tetapi ide yang konstruktif dan proporsional. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti sebaiknya memberitahu apa yang seharusnya terjadi, siapa yang melakukan, kapan, dan bagaimana. Namun hindari penggunaan kata “seharusnya” tanpa menjelaskan “mengapa".

Buatlah laporan dengan bahasa yang lebih dapat diterima. Rata-rata pemerintahan sensitif dengan kritik. Kebanyakan media secara konstan melihat kesalahan dari suatu kebijakan, baik yang memang nyata maupun sebatas persepsi. 

Laporan yang baik dapat dimulai dengan menyadari capaian-capaian yang telah berhasil diraih. Kemudian, hal-hal yang belum dapat dicapai dapat dimasukkan selanjutnya sesuai konteks. Penyampaian hasil observasi akan efektif ketimbang memberikan rekomendasi yang harus dilakukan. 

Oleh karena itu, penting untuk memahami cara kerja internal, proses yang terjadi, hingga tekanan-tekanan di dalamnya. Klien mungkin akan menyadari kesalahan besar yang telah dibuat dan tidak akan suka jika hal itu ditunjukkan lagi. Maka, penting untuk membingkai rekomendasi sebagai observasi dan kritik yang membangun sehingga mudah diterapkan.

Kemudian, jelaskan “mengapa”! Bukan hanya apa yang harus dilakukan. Klien akan “menjual” kesimpulan dari sebuah laporan pada timnya. Tidak peduli sesahih apapun kritik yang diberikan, akan sulit menyatakan pada orang lain bahwa apa yang dilakukan ternyata salah.

Bagaimana pengetahuan dapat memengaruhi suatu kebijakan memang membutuhkan upaya dari semua pihak untuk dapat saling memahami. Sebagai peneliti, bukan hanya memikirkan apa yang ingin disampaikan. Demikian juga sebagai pengambil kebijakan, sebaiknya tidak hanya fokus pada apa yang ingin didengar.

Dalam diskusi, Ayu, peneliti kebijakan sosial di Kementerian Sosial RI menyampaikan, sebelumnya hasil penelitian dibuat dalam bentuk buku sehingga cenderung tidak dibaca. Beberapa waktu belakangan, hasil penelitian dibuat dalam bentuk infografis, sehingga mudah dicerna dan dipahami untuk dijadikan rujukan.

Namun, menurut Ayu, tetap saja banyak kebijakan tidak dibuat berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan. “Akhirnya, kami mengawinkan dengan hasil penelitian dari lembaga eksternal, baru mulai didengar. Ternyata lebih efektif daripada menyosialisasikan hasil penelitian sendiri,” ujar Ayu.

Selain itu, dalam diskusi juga terungkap, dalam praktiknya, proses penyampaian hasil riset tidak mudah diterima karena dianggap tidak sesuai dengan ekspektasi pemerintah. Bahkan, berbeda harapan dengan situasi atau proses politik. Akibatnya, meski sebenarnya dapat diterapkan, kebijakan yang diambil tetap tidak berdasar pada hasil riset.

Inilah yang disebut Shaxson, banyak faktor eksternal yang memengaruhi seluruh perencanaan di awal. Karena itu, penting bagi peneliti untuk tetap fleksibel dan beradaptasi pada konteks dan kesempatan baru. Peneliti dapat tetap mempertanyakan apa yang dibutuhkan oleh pemerintah, sehingga penelitian yang dilakukan bisa lebih tepat. Selain itu, terlibatlah dalam proses! Terjemahkan informasi dalam konteks yang dibutuhkan dan negosiasikan dalam komunikasi yang mendetail. Dengan demikian, hubungan yang terbangun akan lebih baik dan menumbuhkan kepercayaan untuk bekerja sama.  

Pentingnya kebijakan yang berbasis riset dalam mendorong pertumbuhan inklusif akan menjadi salah satu fokus dari diskusi Indonesia Development Forum (IDF) 2019 yang mempunyai tema besar “Mission Possible: Memanfaatkan Peluang Pekerjaan Masa Depan untuk Mendorong Pertumbuhan Inklusif”. Forum yang akan digelar pada 22-23 Juli 2019 ini diselenggarakan oleh Bappenas dan didukung oleh Pemerintah Australia melalui Knowledge Sector Initiative.

Materi KSIxChange#10 “Improving the Impact of Your Research on Policy: Suggestion, Opportunities and Challenges” bisa diakses di tautan ini.


--> -->