Meet the Leader: Agung Bezharie, Dari Dikira Maling Hingga Bangun 1200 Warung Modern

April 18, 2019

Agung Bezharie (dua dari kiri) saat Warung Pintar mengakuisi Limakilo. (Dok: Warung Pintar)

Pernah ragu meninggalkan pekerjaan mapan untuk memulai bisnis? Agung Bezharie berani gagal saat meninggalkan kantor lamanya yang lebih mapan dan mulai membuat bisnisnya sendiri bersama kedua temannya, Harya Putra dan Sofian Hadiwijaya pada pertengahan 2017. Orang tuanya pun sudah mahfum melihat Agung keluar masuk perusahaan hingga mendirikan Warung Pintar.

“Seseorang akan menjadi ahli dalam suatu bidang jika ia telah menekuni bidang itu sampai 10.000 jam. Jadi, jangan takut untuk mencoba, jangan takut untuk bertanya, dan jangan takut salah,” kata Co-Founder sekaligus CEO Warung Pintar Agung Bezharie Hadinegoro ketika ditemui 11 April 2019.

Warung Pintar ialah usaha rintisan yang menggabungkan teknologi dengan warung tradisional. Ide itu muncul ketika mereka melihat pemilik warung kelontong acap kali tak bisa bersaing dengan retail modern sehingga bisnisnya tak berkembang. Di tangan Agung dan teman-temannya, toko kelontong milik mitra diubah menjadi warung berbasis teknologi dengan tiga pilar yaitu internet of things, big data analytics, dan blockchain.

Internet of thing (IoT) adalah sebuah konsep yang bertujuan untuk memperluas manfaat dari konektivitas internet yang tersambung secara terus-menerus. IoT digunakan untuk mempermudah transaksi jual beli di Warung Pintar. Big Data Analytics digunakan untuk mengembangkan warung dengan pengetahuan berbasis data sehingga omset menjadi lebih besar dan pendapatan kian bertambah. Blockchain dapat meningkatkan transparansi dan kepercayaan dari para pemilik warung dengan rekam daftar data.

Teknologi Warung Pintar mempermudah kasir melayani pembeli dan mencatat keuangannya dengan sistem digital. Pelanggan dapat mengisi ulang pulsa, membayar tagihan listrik, hingga membeli tiket perjalanan. Kebutuhan pasokan barang dan sistem distribusi gudang dipantau secara online. Perangkat teknologi dan kedai Warung Pintar ini dipinjamkan ke mitra secara gratis.

Dengan teknologi ini, Agung berharap pemilik warung kelontong yang termasuk bagian dari Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) mendapatkan penghasilan yang layak. Dia mengatakan UMKM merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia yang lebih tahan krisis. Agung ingin membantu pemerintah dalam membina UMKM dan mengubah pekerjaan informal menjadi formal.

 

Mulanya, Agung mengakui memang tidak mudah meyakinkan investor untuk memodali Warung Pintar. Dia kerap dipandang sebelah mata karena berusia muda. Pada awal mendirikan Warung Pintar, Agung dan teman-temannya dituduh mempunyai niat buruk saat menawarkan kerja sama kepada pemilik toko kelontong calon mitra.

“Dikira mau nipu, maling, atau ada juga yang ngira orang partai,” ujar Agung yang masuk daftar Forbes: 30 Under 30 Asia 2019.

Warung Pintar yang hanya mempunyai dua mitra di awal 2018, kini menjadi lebih dari 1200 outlet yang tersebar di Jakarta, Tangerang, Depok, dan Banyuwangi. Ke depan,  Warung Pintar menargetkan 5000 warung baru di Jawa dan meningkatkan kapabilitas bisnis warung.

Salah satu cara meningkatkan kapabilitas bisnis warung yang telah dilakukan dengan mengakuisisi Limakilo, platform yang menyederhanakan rantai pasokan makanan dengan menghubungkan petani ke warung makan dan penjual makanan. Dengan produk pertanian yang dipasok Limakilo, pemilik warung akan memiliki bahan makanan pokok yang lebih beragam. Sedangkan petani akan akan memiliki harga jual yang lebih baik dan akses yang lebih luas seiring dengan bertambahnya jumlah Warung Pintar. Agung menuturkan pemilik warung dan petani akan sama-sama mendapatkan keuntungan.

“Anak muda jangan hanya bisa menuntut pemerintah, tetapi tunjukkan kita berbuat sesuatu juga untuk masyarakat luas,” kata Agung.

Meski mengaku bukan usaha sosial, Agung mengatakan Warung Pintar dibuat untuk memberikan manfaat sosial bagi kelompok menengah ke bawah. Pendapatan yang diterima oleh mitra semakin membaik dibanding sebelum bergabung dengan Warung Pintar. Sebanyak 70 persen mitra warung pintar telah berpenghasilan di atas UMR. Penghasilan mereka meningkat rata-rata 89 persen dibandingkan sebelum bergabung. Mitra yang dulunya gagap juga telah melek teknologi.

Lewat Warung Pintar, Agung memberikan akses kerja layak dan produktif kepada masyarakat yang ingin membuka usaha. Lebih dari 46 persen mitra adalah perempuan atau ibu-ibu yang sebagian dari mereka dulunya tak berpenghasilan.

“Bagi saya kerja layak itu adalah ketika semua orang berkesempatan membuka usaha. Adanya akses teknologi membuat orang lebih produktif,” ujar Agung yang sempat belajar langsung dari Jack Ma saat mengenyam kuliah singkat di Alibaba Business School.

Ide Agung Bezharie berupa Warung Pintar merupakan salah satu solusi mengatasi kebutuhan kerja dan meningkatkan kapasitas UMKM Indonesa di era revolusi industri 4.0. Indonesia menghadapi berbagai tantangan dalam upaya menciptakan peluang kerja seperti perkembangan teknologi hingga perubahan pola hidup masyarakat. Mencari solusi berbagai tantangan ini, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menggelar Indonesia Development Forum (IDF).

IDF 2019 mengusung tema besar “Mission Possible:  Memanfaatkan Peluang Pekerjaan Masa Depan untuk Mendorong Pertumbuhan Inklusif”. IDF mengalang pengalaman negara-negara lain dan praktik-praktik cerdas yang diterapkan oleh pemerintah daerah dan pusat, sektor swasta, dan mitra pembangunan akan memperkaya wawasan para aktor pembangunan.

Punya ide mengembangkan UMKM yang berdaya saing global? Kirimkan idemu ke Indonesia Development Forum!


--> -->