Melati Arum, Pilot yang Menerbangkan Cita-Cita Anak Perempuan Indonesia

April 16, 2019

Melati Arumsari (Dokumen Pribadi)

Banyak perempuan yang berhenti bermimpi menjadi pilot karena profesi ini kerap diidentikkan dengan pekerjaan laki-laki. Tetapi tidak bagi Melati Arumsari. Dia berhasil menjadi pilot di salah satu maskapai penerbangan besar di Indonesia dan mengantongi lebih dari 1500 jam terbang.

“Pekerjaan ini masih male dominated (didominasi laki-laki), saya harus membuktikan kemampuan dua kali lebih keras daripada yang dilakukan pilot laki-laki,” kata Arum saat ditemui 9 April 2019.

Nyatanya, masih sedikit perempuan yang berprofesi menjadi pilot atau juru kemudi pesawat terbang. Menurut data Direktorat Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara Kementerian Perhubungan per September 2015, jumlah pilot perempuan masih di bawah 1 persen dari total jumlah pilot yang ada di Indonesia.

Meski begitu, Arum mengatakan angka pilot perempuan di Indonesia sudah bertambah banyak selama tahun-tahun terakhir. Dia berharap profesi ini semakin inklusif dan diminati oleh kaumnya.

Kisah Arum terjun menjadi juru kemudi pesawat bermula dari minatnya setelah lulus sarjana ilmu psikologi. Dia mengikuti seleksi sebagai pembaca berita televisi dan melamar menjadi pramugari maskapai internasional. Sempat menjadi pramugari, di situlah Arum mulai mengenal dunia aviasi.

Saat menjadi awak kabin, Arum bertemu dengan pilot perempuan. Tertarik dengan kepiawaian pilot perempuan, lantas membuat Arum mencari informasi dan mendaftar di sekolah penerbangan swasta di Bali. Butuh waktu dua tahun untuk merencanakan karirnya sebagai pilot, dari riset pilihan sekolah hingga peluang kerja yang terintegrasi dengan sekolah. Hingga  2014, dia berhasil menjadi salah satu pilot penerbangan regional jarak pendek dengan tipe pesawat ATR 72-600.

“Sebenarnya ada sekolah negeri di Sekolah Tinggi Penerbangan Curug, tapi usia saya sudah lewat,” kata Arum.

Penerimaan lingkungan pilot yang maskulin sering menjadi kendala dalam jenjang karir. Arum menjelaskan kesalahan sekecil apapun yang dia lakukan selalu dikaitkan dengan identitas keperempuanannya. Padahal kesalahan itu juga pernah dilakukan oleh laki-laki.

Arum menuturkan perempuan menghadapi tantangan yang berbeda saat ingin terjun menjadi pilot. Perempuan sering kali dididik dengan cara yang dianggap feminin, sementara pengetahuan tentang mesin dan aviasi dianggap maskulin. Padahal, kata Arum, profesi ini sangatlah netral dan bisa disandang oleh laki-laki maupun perempuan.

Bahkan, Arum kerap kali mendapatkan apresiasi dari penumpang karena kepiawaian mengemudikan pesawat. Mereka tak menyangka landing yang begitu mulus dilakukan oleh pilot perempuan.

“Sering dapat apresiasi penumpang di bandara kalau ternyata yang menerbangkan pesawat perempuan,” tutur Arum.

Tantangan saat menerbangkan pesawat bagi pilot perempuan dan laki-laki sama saja. Arum juga kerap menghadapi turbulensi pesawat, cuaca yang tak tentu, hingga cadangan bahan bakar yang menipis. Namun berkat ketenangan dan doa dari ibunda sebelum bertugas, tantangan tersebut justru memacu adrenalinnya.

“Justru kaki gemetar setelah berada di darat,” Arum tergelak.

Karena itulah, Arum selalu yakin siapa saja bisa menjadi pilot. Dia sering menjadi pembicara di daerah-daerah terpencil agar anak-anak Indonesia tidak takut bermimpi. Arum memastikan profesi ini tidak terbatas oleh kelompok tertentu, perempuan maupun laki-laki, kaya maupun miskin, semua bisa menjadi pilot. Bukan hanya profesi pilot, Arum menilai semua profesi harus diperlakukan netral agar peluang kerja terbuka setara. Bahkan, semua anak Indonesia bisa berani bermimpi menjadi apapun tanpa batas gender.

Hanya saja, Arum menyarankan adanya afirmasi khusus bagi perempuan dan anak-anak miskin di daerah yang ingin menjadi pilot lewat beasiswa sekolah penerbangan. Pemerintah daerah bisa bekerja sama dengan sekolah penerbangan untuk memberikan beasiswa. Cara ini diyakini Arum tak hanya memberi peluang kerja inklusif, tetapi juga mengembangkan potensi ekonomi daerah tersebut, termasuk pariwisata.Mewujudkan hal tersebut, Pemerintah membutuhkan masukan dari masyarakat untuk mendorong peluang kerja inklusif. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional / Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN/Bappenas) mencari masukan dari swasta, akademisi, dan lembaga riset lewat Indonesia Development Forum (IDF).

IDF 2019 mempunyai tema besar “Mission Possible: Memanfaatkan Peluang Pekerjaan Masa Depan untuk Mendorong Pertumbuhan Inklusif”. Forum yang akan digelar pada 22-23 Juli 2019 ini didukung oleh Pemerintah Australia melalui Knowledge Sector Initiative.

Punya kisah menginspirasi tentang peluang kerja inklusif? Ayo kirim ceritamu ke Indonesia Development Forum sebelum 26 April 2019!  

 

 


--> -->