Industri Makanan dan Minuman Menjadi Andalan di Masa Pandemi

February 23, 2021

JAKARTA - Di masa pandemi Covid-19, industri makanan dan minuman (mamin) menjadi sektor strategis dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Selain itu, industri mamin juga mendorong pertumbuhan sektor manufaktur dan ekonomi nasional.

 

Pada 2020, industri mamin salah satu sektor andalan dengan tumbuh sebesar 1,66 persen. Adapun kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) industri pengolahan non-migas mencapai 38,29 persen dan terhadap PDB nasional sebesar 6,85 persen. Sehingga menurut Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita industri mamin menjadi industri prioritas yang dikembangkan.

 

Agar peran industri mamin semakin meningkat dalam perekonomian nasional, maka harus ada jaminan ketersediaan bahan baku. Langkah ini akan mendongkrak produktivitas dan daya saing sektor tersebut. “Sebagai upaya untuk menjamin ketersediaan bahan baku industri, khususnya industri mamin, pada saat ini sedang dibahas Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) turunan Undang-Undang Nomor 11 tentang Cipta Kerja sektor Perindustrian, yang di dalamnya juga memuat pengaturan tentang jaminan ketersediaan bahan baku untuk industri,” papar Menteri Agus di Jakarta pada Senin (8/2) dalam keterangan tertulisnya.

 

Menurut Menteri Agus, ketersediaan bahan baku dari dalam maupun luar negeri akan dibahas berdasarkan neraca komoditas. Nantinya, akan melibatkan semua kementerian dan lembaga terkait dari hulu sampai hilir, dan dikoordinasikan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

 

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia Adhi S. Lukman optimis industri mamin akan kembali tumbuh positif pada 2021 dengan kisaran 5-7 persen.

 

"Secara kuartalan kami belum membuat proyeksi, tetapi tetap optimistis akan positif untuk mencapai pertumbuhan tahun ini di level 5 hingga 7 persen. Sejauh ini produksi pabrik juga masih berjalan lancar belum ada keluhan dari anggota," katanya kepada Bisnis pada Minggu (7/2) dikutip dari Bisnis.com.

 

Menurut Adhi, hal ini didukung dari sisi bahan baku, izin impor untuk gula industri sudah dikantongi dengan volume 1,9 juta ton sepanjang semester satu tahun ini. Secara prinsip, industri juga sudah mengantongi izin 3,3 juta ton selama setahun. Angka itu dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan industri dengan menghitung kenaikan yang akan terjadi pada tahun ini.

 

Sementara itu, untuk garam industri, Adhi juga menyebut tidak ada masalah yang berarti untuk persiapan hingga Idulfitri karena Kementerian Perindustrian sudah menyetujui impor dengan syarat penyerapan untuk 1,5 juta ton pada musim ini.

 

Pada 2021, Adhi menyebut pelaku ritel lebih optimistis dalam menyambut momentum Ramadan dan lebaran. Menurutnya, dari sisi konsumen juga sudah dinilai cukup belajar dengan adanya Covid-19 setahun terakhir ini.

 

Menurut Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Abdul Rochim pandemi yang telah berlangsung hampir satu tahun ini telah mengubah pola konsumsi masyarakat. Konsumen yang terbiasa pergi berbelanja ke pasar, saat ini mengubah cara untuk mendapat kebutuhannya dengan lebih banyak memanfaatkan jasa pengiriman daring. "Sedangkan masyarakat yang terbiasa mengonsumsi makanan di restoran, lebih memilih untuk membungkus makanan atau memesan makanannya secara online,” ungkapnya di Jakarta, Selasa (19/1).

 

Adanya perubahan pada pola konsumsi tersebut, juga menuntut sektor industri mamin untuk lebih aktif dalam pengembangan inovasi sehingga memudahkan masyarakat bisa mengonsumsi dengan memperhatikan protokol kesehatan serta menjaga kebersihan dan rasa makanan. Bahkan, perubahan pola konsumsi masyarakat pun berkaitan dengan perubahan sistem pemasaran, logistik, dan produksi pada industri makanan-minuman.

 

"Pemasaran yang sebelumnya dilakukan secara konvensional beralih menggunakan inovasi pemasaran online. Sedangkan, bidang logistik juga perlu dikenalkan dengan contactless logistic atau sistem yang mengurangi interaksi antarmanusia sehingga konsumen merasa aman,” tutur Rochim.

 

Adapun bidang produksi perlu diperkenalkan dengan teknologi pangan olahan dan diversifikasi produk seperti frozen food dan teknologi pengemasan lain yang membuat produk-produk lebih awet, dan juga produk-produk siap saji yang bisa diolah lebih mudah di rumah


--> -->