Ribuan Mobil Tak Laku, Kemenkeu Kelamaan Kabulkan Pajak Nol Persen?

October 15, 2020

Jakarta - Relaksasi pajak nol persen untuk mobil baru perlu kepastian secepatnya. Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Taufiek Bawazier berharap Kemenkeu segera memberikan keputusan relaksasi diskon mobil baru.

"Sekarang penentunya adalah di demand, bagaimana masyarakat juga bisa menggerakkan ekonomi ini tentunya diperlukan satu upaya. Upaya yang kita usulkan bagaimana? mengurangi pajak, pajak PPnBM, pajak daerah, PPN daripada industri itu, yang pajak badan dibiarkan saja, pajak bea masuk itu dibiarkan," ujar Taufik dalam webinar bertema Prospek Pemulihan Ekonomi Sektor Industri Otomotif Nasional, Rabu (14/10/2020).

"Mudah-mudahan menteri keuangan tidak lama untuk mengeluarkan instrumen itu, kita minta sebenarnya sampai Desember saja," sambung dia.

Di bulan September 2020, penjualan mobil di pasar domestik bahkan memecahkan rekor dengan angka wholesales (distribusi pabrik ke dealer) hampir 50 ribu unit, terbanyak sejak bulan April 2020.

Namun penjualan retailsales yang memiliki selisih jauh dengan penjualan wholesales, akibat banyaknya konsumen yang menahan pembelian. Untuk wholesales (bulan September) angkanya naik jadi 30,3% atau 48.554 unit. Sementara untuk retailnya (distribusi dealer ke konsumen) naik menjadi 15,2% atau 43.362 unit.

"Kalau dilihat itu kan ada selisih cukup tajam ya, sekitar 5.700-an unit. Itu mungkin karena masyarakat masih sedikit menahan, sebab kemarin ada wacana pajak 0 persen kan. Itu sangat berdampak," bilang Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara, kepada detikoto beberapa waktu yang lalu.

Kemenperin hanya meminta relaksasi pajak hingga penghabisan bulan tahun 2020. relaksasi pajak tak bisa ditunda lagi. Taufik mengatakan perlu dukungan dari kementerian terkait agar fokus pada permintaan. Sebab hampir 1,5 juta tenaga kerja dan sub sektor hingga level IKM berada di naungan industri otomotif.

"Hampir 1,5 juta orang hidup di situ, IKM juga ada di situ, sektor-sektor lain seperti karet, besi, baja, ada juga di situ. Kalau ini bangkit maka sub sektor tadi akan juga bangkit."

"Paling penting membangkitkan demand tadi, demand sebagai penggerak, kalau demand bergerak, yang semua kita berikan tadi paling tidak, punya daya guna yang cukup kuat, sehingga kalau kelas menengah kita paling tidak uangnya tidak ditaruh di bank. Untuk beli mobil karena ada relaksasi berupa tax insentif," ungkap Taufik.

Terkait dengan hal tersebut, Kukuh berharap pemerintah bisa tegas, dengan menyegerakan pemberian insentif, mengingat saat ini industri otomotif Tanah Air sedang menuju pemulihan.

"Karena kita perlu memulihkan ekonominya, bukan sekadar penjualan mobilnya. Mudah-mudahan segera ada berita bagus, karena ini waktunya kan makin pendek. Tahun 2020 nggak sampai 3 bulan lagi," jelas Kukuh.

Sumber: Detik.com


--> -->