Program Kartu Prakerja Wujudkan Resiliensi Ekonomi

November 24, 2021

JAKARTA - Dalam rangka minimalisasi kecenderungan stagnasi akibat Covid-19, pemerintah Indonesia meluncurkan Program Kartu Prakerja. Untuk mengetahui efektivitas program tersebut, pada 27 Juli-2 Agustus 2021, Centre for Strategic and International Studies (CSIS) melaksanakan survei Program Kartu Prakerja dengan 2.000 sampel hasil stratified random sampling dari basis data Penerima Program Kartu Prakerja yang berasal dari Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja. Penarikan sampel mempertimbangkan proporsi antara jumlah sampel dengan jumlah penerima Program Kartu Prakerja di 34 provinsi di seluruh Indonesia dan mempertimbangkan proporsi antara perempuan dan laki-laki. Pelaksanaan survei yang dilakukan menggunakan telepon (tele survei) kepada penerima Program Kartu Prakerja ini memiliki margin of error sekitar 2,19 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Hasilnya, secara umum, penerima Program Kartu Prakerja mengalami perbaikan kondisi ekonomi dibandingkan sebelum menerima program tersebut, diindikasikan dengan perbaikan rata-rata pendapatan ekonomi penerima program. Program Kartu Prakerja tetap bisa membuka peluang perbaikan ekonomi bagi penerimanya, meskipun di tengah guncangan krisis akibat pandemi Covid-19. Seiring dengan itu, perbaikan kondisi ekonomi ini merupakan implikasi dari bertambahnya pekerja/pengusaha baru serta peningkatan produktivitas penerima program.

Program Kartu Prakerja juga menyediakan insentif pasca pelatihan, yakni intensif semi bantuan sosial bagi penerima, sebagai bantalan perekonomian agar lebih tangguh atau memiliki ketahanan di tengah pandemi. Temuan CSIS mengindikasikan bahwa sebagian besar atau 86,7 persen penerima Kartu Prakerja menggunakan insentif yang mereka terima untuk membeli sembako atau bahan pangan. Sementara itu, 10,5 persen penerima menggunakan insentif mereka untuk menabung dan 77,3 persen di antaranya menabung untuk dana darurat atau berjaga-jaga. Angka tersebut mengindikasikan bahwa insentif yang diberikan cukup tepat sasaran, yaitu sebagai bantalan ekonomi yang digunakan untuk kebutuhan primer mereka dan bahkan sebagian telah berupaya untuk menciptakan resiliensi mereka terhadap syok atau kondisi tidak terduga di masa depan, lewat menabung. Terkait hal tersebut, 78,1 persen penerima menyatakan bahwa insentif sebesar Rp600.000 yang diberikan dapat membantu mereka dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga dalam sebulan.

Selain itu, insentif Kartu Prakerja juga membantu menyediakan likuiditas keuangan di tengah pandemi. Diindikasikan oleh data, 75,8 persen responden menarik dana insentif setelah menerimanya dan 81,5 persen di antaranya menyatakan bahwa mereka membutuhkan uang secepatnya. Data temuan hasil survei tersebut cukup menggambarkan peran insentif Program Kartu Prakerja sebagai safety net atau jaring pengaman sosial di tengah masa krisis.

Setidaknya terdapat penambahan pekerja/pengusaha baru dari total penerima Program Kartu Prakerja, dari sebelumnya yang hanya 49,1 persen menjadi 62,4 persen. Dengan kata lain, program ini membuka kesempatan bagi penerimanya untuk memperoleh mata pencaharian setelah menerima program tersebut, meskipun di tengah kondisi sulit pekerjaan seperti saat ini. Hal ini juga mendukung pengakuan penerima bahwa sebagian besar atau 85,6 persen merasa lebih kompetitif di pasar tenaga kerja. Ke depannya, Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja diharapkan dapat mempersiapkan mekanisme penghubung pekerjaan (job-connector) khusus penerima program, sehingga penerima program merasa didukung penuh untuk mengaplikasikan keterampilan barunya dalam berkarier.

Selain itu, terdapat pertambahan tenaga kerja perempuan, dari 41,26 persen dari total penerima perempuan ke 53,87 persen dari total penerima perempuan. Sedangkan pendapatannya secara rata-rata meningkat pada sejumlah kelompok-kelompok pendapatan penerima perempuan. Hasil ini dapat berarti bahwa penerima berjenis kelamin perempuan cenderung mampu meningkatkan produktivitasnya setelah mendapatkan pelatihan, diiringi dengan pertambahan tenaga kerja perempuan baru yang memiliki produktivitas setara atau bahkan lebih tinggi dari kelompok perempuan bekerja sebelum menerima program. 


--> -->