Mesin dan Peralatan Pendukung untuk 50 IKM Tenun di NTT

September 21, 2021

JAKARTA - Untuk dapat mengembangkan diversifikasi produk berbahan tenun, pemerintah melakukan kerja sama dengan pemerintah daerah untuk memfasilitasi pemberian mesin dan peralatan IKM tenun di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Kerja sama ini antara Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) serta Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi NTT.

“Kami optimistis, kegiatan fasilitasi mesin dan peralatan ini dapat berdampak positif terhadap upaya pengembangan IKM tenun di NTT agar lebih berdaya saing tinggi sehingga mampu menggerakkan roda perekonomian masyarakat sekitar di NTT hingga memacu pertumbuhan ekonomi nasional,” ungkap Plt. Dirjen IKMA Kemenperin, Reni Yanita dalam keterangan tertulis, Senin (30/8).

Peralatan yang diberikan kepada para perajin IKM tenun di NTT, antara lain satu set alat tenun gedogan yang terdiri dari alat tenun, pemidang ikat, penggulung benang, dan pemidang hani. Penerima fasilitasi ini sebanyak 50 pelaku IKM tenun yang berasal dari 10 kabupaten di NTT, dengan masing-masing kabupaten mengirimkan lima perajin. “Para perajin IKM tenun tersebut berasal dari Kabupaten Rote Ndao, Sabu Raijua, Timor Tengah Utara, Alor, Kupang, Malaka, Lembata, Belu, Timor Tengah Selatan, dan Flores,” tambah Reni.

Menurut Reni, tenun merupakan salah satu komoditas yang mampu menggerakkan perekonomian masyarakat di NTT. Beragam motif dari setiap kabupaten dan kota menjadi potensi yang harus dimaksimalkan, sebagai salah satu penunjang Provinsi NTT sebagai daerah yang memiliki potensi pariwisata yang cukup besar.

Meskipun industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) mengalami kontraksi pertumbuhan 4,54 persen pada triwulan II-2021 karena imbas dampak pandemi Covid-19, dan membuat permintaan domestik menjadi kurang baik. Namun demikian, industri tekstil dan pakaian jadi masih sebagai salah satu sektor andalan ekonomi nasional. Sektor industri tekstil dan pakaian berkontribusi terhadap PDB industri pengolahan non-migas di 2020 sebesar 6,76 persen. Di samping itu, secara kumulatif, nilai ekspor industri tekstil dan pakaian jadi sepanjang 2020 mencapai USD10,62 miliar. Sedangkan pada periode Januari-Juni 2021, ekspor industri tekstil dan pakaian jadi menembus angka USD5,86 miliar.

Di tengah tekanan dampak pandemi Covid-19, Kemenperin telah menyiapkan berbagai program yang telah disiapkan, di antaranya peningkatan kompetensi SDM, pengembangan kualitas produk, standardisasi, fasilitas mesin dan peralatan, serta promosi dan pameran dalam dan luar negeri. “Kemenperin juga memfasilitasi pelaku IKM melalui program e-Smart IKM, dengan tujuan untuk dapat meningkatkan akses pasar melalui digitalisasi ke marketplace global, serta mendapatkan pendampingan pembangunan bisnis digital dari para ahli,” imbuhnya.

Selain itu, Kemenperin aktif mendorong masyarakat Indonesia untuk mencintai dan menggunakan karya anak bangsa, terutama produk industri lokal melalui Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia. “Kami juga mengajak seluruh masyarakat untuk mendukung keberlangsungan usaha IKM dengan membeli produk IKM,” tutur Reni.

Upaya-upaya tersebut diyakini akan memberikan dampak besar terhadap pengembangan IKM di tanah air, seperti perajin tenun, termasuk para penjahit, penyedia bahan baku, logistik dan sektor terkait lainnya.

Sama halnya dengan batik, kain tenun juga merupakan warisan budaya Indonesia. Para generasi muda perlu didorong untuk dapat mencintai dan bangga terhadap produk tenun Indonesia sehingga mereka turut melestarikan dan dapat mempromosikannya. Apalagi, kain tenun tidak hanya dijadikan sebagai produk fesyen yang berkualitas saja, namun juga berbagai kerajinan menarik seperti tas, dompet, home decoration, maupun berbagai hasil produk lainnya yang memiliki nilai jual yang tinggi.


--> -->