• Herlina Yawang
    Herlina Yawang
    Mahasiswa tingkat akhir Universitas Multimedia Nusantara
Ideas

Upaya Melestarikan Kearifan Lokal Papua: Noken

2018
Upaya Melestarikan Kearifan Lokal Papua: Noken

Salah satu pengrajin tradisional merajut serta menjual Noken di Kabupaten Mimika Papua.

Papua merupakan pulau terbesar di timur Indonesia yang menyimpan banyak kekayaan alam serta kearifan lokal. Namun, pulau dengan dua provinsi ini juga memiliki kesenjangan sosial dan ekonomi yang signifikan dibandingkan daerah lain. Keterbatasan infrastruktur dan teknologi seakan menambah keterpurukan. Jangankan untuk membawa perubahan, untuk menyampaikan pendapat saja kami terkadang merasa minder dengan teman-teman dari kota-kota besar. Di sini kami tidak berkhayal tinggi untuk mengubah Indonesia dari timur, hanya sepercik harapan untuk menjaga kearifan lokal Papua, Noken, serta memperkenalkannya kepada lebih banyak orang melalui penjualan hasil kerajinan tangan pengrajin tradisional.

Noken merupakan tas rajutan tradisional yang keberadaannya sangat melekat dengan kehidupan tradisional di Papua. Sejak usia dini, anak-anak perempuan di Papua diajarkan bagaimana cara menenun Noken hingga saat ia dewasa kelak dapat membuat baginya tas multifungsi untuk menunjang aktifitas sehari-hari. Contohnya saat sedang mengandung, mereka mulai merajut Noken. Hal ini dilakukan agar setelah persalinan, mereka dapat membawa bayinya di dalam Noken serta menggendongnya kemana pun sembari melakukan aktifitas sehari-hari lainnya.

Menyandang status sebagai tas multifungsi, penggunaan Noken tidak terbatas di situ saja. Masyarakat tradisional di Papua juga menggunakan Noken sebagai wadah untuk meletakan hasil perkebunan, hasil berburu, kayu bakar, dan lain-lain. Namun, budaya tersebut semakin luntur seirig perkembangan zaman. Apakah memang sudah menjadi sebuah hal yang lumrah untuk budaya tradisional ditarik turun perlahan-lahan, dan digantikan posisinya dengan budaya modern westernisasi?

Berdasarkan surat Nomor: 430/752/SET, Gubernur Provinsi Papua dan Gubernur Provinsi Papua Barat yang diwakili oleh wakil gubernur telah menandatangani surat pernyataan dan dukungan pemerintahan masing-masing provinsi. Surat tersebut diterbitkan sebagai bukti komitmen untuk melestarikan Noken: kerajinan tangan masyarakat Papua, yang diusulkan dalam daftar yang memerlukan perlindungan mendesak UNESCO. Bersamaan dengan surat tersebut, dilampirkan petisi dengan 228 tanda tangan sebagai wujud keikutsertaan masyarakat Noken yang terdiri dari pengrajin, pemakai Noken dan penggemar budaya Noken. Surat ini kemudian diajukan kepada UNESCO pada 15 Desember 2016 dan telah diuji serta dipertimbangkan pada tahun 2017. Hingga sampai pada keputusan bahwa Noken masuk dalam Daftar Warisan Budaya Takbenda yang membutuhkan perlindungan mendesak UNESCO.

Namun demikian, apakah Anda tahu apa itu Noken? Bagaimana bentuk atau wujudnya? Seberapa sering Anda melihat benda tersebut di sekitar Anda? Sebuah riset singkat yang sering saya lontarkan iseng kepada teman-teman kuliah. Kemudian hasilnya sesuai ekspetasi, tidak tahu. Jawaban singkat, padat dan jelas yang seakan memukul saya hingga menimbulkan dua pertanyaan besar, apa gunanya surat yang telah diajukan 2016 silam kepada UNESCO? Apakah keputusan UNESCO tentang Noken tahun 2017 silam dapat menghimpun pemikiran kita, masyarakat Indonesia, bahwa negeri ini memiliki banyak sekali kearifan lokal yang membutuhkan perlingdungan mendesak? Jika Anda bertanya balik kepada saya, jawabannya sama, saya tidak tahu. Saya hanya tahu orang Papua, mereka yang ada hubungannya dengan orang Papua, dan yang pernah berkunjung ke Papua yang tahu tentang Noken, atau mereka yang melihat melalui media massa, media sosial, buku, dan media perantara lainnya.

Menanggapi keputusan UNESCO seperti dilansir oleh www.cnnindonesia.com, sebuah pergerakan kecil sudah mulai dilakukan oleh pemerintah Provinsi Papua, yaitu mewajibkan Aparatur Sipil Negara menggunakan tas Noken setiap hari Kamis dan Jumat. Hal tersebut melahirkan usaha kecil ibu-ibu atau yang akrab dipanggil mama-mama Papua untuk lebih banyak merajut Noken karena permintaan pasar yang meningkat. Namun, mama-mama pengrajin tradisional ini menjual hasil kerajinan tangannya di tempat yang menurut saya pribadi kurang layak, yakni di pinggiran jalan hingga di samping got. Ditambah lagi tidak sedikit dari orang muda yang melihat mama-mama ini dengan sebelah mata, seperti tidak pernah terpintas dalam pemikiran mereka untuk sekadar mampir dan bertanya tentang usaha mama-mama dalam melestarikan budaya Noken.

Menindaklanjuti masalah yang ada, saya coba mengusung sebuah ide di mana para pengrajin tradisional ini dapat memasarkan kerajinan tangannya secara online melalui Walibu. Dengan demikian, budaya Noken ini perlahan-lahan dapat diperkenalkan ke luar pulau Papua, dan bersama-sama kita dapat melestarikannya. Bersaing dengan berbagai macam jenis tas modern, penjualan Noken sedikit terancam.

Berdasarkan riset yang saya lakukan pada mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara pada Januari 2018 silam, tidak sedikit dari mereka yang merasa kurang cocok dengan desain tas Noken yang cenderung bolong-bolong seperti jarring. “Gue takut kalau pakai tas Noken jadi ngundang niat orang untuk merampok, karena tembus pandang dan bolong-bolong” ujar Natalia Setiawan (mahasiswi Corporate Communications angkatan 2015).

Di lain sisi Nadine Azura (mahasiswi Jurnalistik angkatan 2016) menyarankan untuk keaslian Noken tetap dipertahankan, jangan diubah hanya untuk mendapatkan awareness. Oleh sebab itu, saya dengan tim Walibu berusaha menyubtitusikan bahan rajutan Noken ke dalam produk high-demand seperti kaos sehari-hari. Dengan demikian, masyarakat Indonesia dimulai dari mahasiswa dapat mengenal apa itu Noken dengan membeli serta mengenakan kaos Walibu. Kemudian, jika timbul pertanyaam “kantong itu terbuat dari apa?” dari situlah penyebaran serta peningkatan awareness tentang Noken dimulai.

Jadi, maukah Anda melestarikan budaya Noken sembari membantu Walibu untuk membantu pengrajin tradisional mengembangkan usahanya di Papua?


Sumber:

www.unesco.org

www.cnnindonesia.com

https://youtu.be/pRfc_MtMwZo


Komentar
  • Generic placeholder image
    Anthony Yawang - 13 Jun 2018 22:38
    Mantap Lin, tetap semangat!
  • Generic placeholder image
    Dominggus Yawang - 13 Jun 2018 22:44
    Tas noken ini memang masih melekat dengan kehidupan masyarakat di Papua, tapi bagaimana kita bisa perkenalkan itu ke seluruh Nusantara sambil memperkenalkan dan melesatikan budaya Papua, cara ini cukup tepat nak. Sukses!
  • Success!
    Failed!
--> -->