• Zahroh Ayu Khumayr
    Zahroh Ayu Khumayr
    Science and Technology Enthusiast
Ideas

Memanfaatkan Bonus Demografi dengan Mempersiapkan Generasi Petani 4.0

2019
Memanfaatkan Bonus Demografi dengan Mempersiapkan Generasi Petani 4.0

lahan pertanian di Indonesia

Apakah masih ada anak muda jaman sekarang yang mau menjadi petani?

Indonesia merupakan satu dari beberapa negara yang dikenal sebagai lumbung padi ASEAN. Namun belakangan Indonesia juga dikenal sebagai negara yang melakukan impor beras. Selain itu, Indonesia juga belakangan diketahui mengimpor singkong dari luar negeri. Dilansir dari data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah impor singkong padat tersebut mencapai 308 ton pada tahun 2018. Jumlah itu relatif jauh lebih rendah dibanding nilai ekspor singkong Indonesia yang mencapai 1.433 ton di tahun yang sama. Lalu yang terakhir adalah terkait kedelai. Sebagaimana kita tahu, Indonesia banyak dikenal akan produk tempe, namun di sisi lain ternyata sudah sejak lama kedelai merupakan komoditas yang diimpor.

Indonesia masih saja melakukan impor produk-produk untuk memenuhi kebutuhan nasional, yang sebenarnya bisa diatasi dengan optimalisasi potensi dalam negeri. Ditengarai produksi produk terkait seperti halnya padi, kedelai, dan singkong memang menurun dalam beberapa tahun terakhir. Tentu ada beberapa faktor yang mempengaruhi di antaranya adalah

1. Lahan pertanian yang makin berkurang

Pada Oktober 2018, bersumber pada pernyataan Kepala BPS RI Suharyanto disebutkan bahwa Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi penurunan luas baku lahan pertanian di Indonesia menjadi 7,1 juta hektare pada 2018 dibanding data sensus 2013 seluas 7,75 juta hektar. Jika kita mengacu pada data tahun 2013, luas baku lahan Indonesia adalah 7,75 juta hektar. Namun berdasarkan pemetaan yang terbaru terjadi pengurangan luas baku lahan menjadi 7,1 juta hektar.

Mengacu pada data Bank Dunia tahun 2017, Indonesia hanya menggunakan 31,5% atau 570.000 kilometer persegi sebagai lahan pertanian. Hal ini jika dibandingkan dengan Thailand yang juga dikenal sebagai lumbung padi Asia Tenggara maka sebanyak 43,3% total lahannya yang berkisar 221.000 kilometer persegi digunakan sebagai lahan pertanian. Australia dan China menggunakan setengah dari total lahan mereka sebagai lahan pertanian. Sehingga jika dibandingkan dengan negara lain Indonesia masih sangat perlu untuk meningkatkan jumlah lahan pertaniannya demi mengejar peningkatan produksi pangan dalam negeri.

2. Minat angkatan kerja muda pada pekerjaan sektor pertanian yang semakin berkurang

Jumlah pekerja di sektor pertanian saat ini terus menurun. Mengacu pada data di lapangan sebanyak 45% pekerja bekerja di jasa, sementara itu pekerja di sektor pertanian hanya 33% saja. Banyak angkatan muda yang beranggapan bahwa tingkat pendapatan yang diperoleh dari sektor pertanian relative kecil sehingga banyak yang memilih untuk bekerja di sektor lain. Bahkan lulusan jurusan pertanian banyak yang tidak lagi tertarik lagi untuk bekerja pada sektor pertanian

Pada permasalahan yang kedua ini banyak diakibatkan dari rendahnya minat generasi muda untuk bisa menjadi petani. Hal ini mengakibatkan proses regenerasi pekerjaan petani ini kurang dinamis. Sehingga jika hal ini dibiarkan terus menerus, dikhawatirkan Indonesia akan menjadi semakin ketergantungan akan impor bahan pangan dari luar negeri. Sedangkan Indonesia selalu digadang-gadang akan bisa melakukan swasembada pangan.

Bonus Demografi dan Revolusi Industri 4.0

Indonesia diprediksi akan mengalami bonus demografi pada tahun 2020 – 2030. Bonus demografi merupakan suatu keadaan dimana jumlah usia produktif (usia 15 – 64 tahun ) lebih mendominasi daripada usia muda (di bawah usia 15 tahun ) dan usia lanjut (di atas 64 tahun)  yang merupakan usia non produktif sehingga rasio kebergantungan menjadi kecil. Pada tahun 2020-2030, Indonesia akan memiliki sekitar 180 juta orang berusia produktif, sedang usia tidak produktif sekitara 60 juta jiwa, atau 10 orang usia produktif hanya menanggung 3-4 orang usia tidak produktif, sehingga akan terjadi peningkatan tabungan masyarakat dan tabungan nasional. Keadaan yang bisa dianggap menguntungkan jika bisa dipersiapkan dan dikelola dengan baik, utamanya dalam hal pembangunan negara Indonesia. Salah satunya adalah pembangunan pada sektor teknologi dengan mempersiapkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas adalah keharusan bagi kemajuan teknologi Indonesia.

Selain itu, menyongsong era industri 4.0, maka bidang pertanian juga seharusnya mengambil kesempatan ini sebagai momentum untuk bisa melakukan perubahan. Dalam hal ini kita perlu revolusi dalam bidang pertanian. Banyak pemanfaatan teknologi yang bisa diterapkan pada sektor pertanian. Jadi, bertani dan bercocok tanam bukan hanya sekedar berpanas-panasan dan bergelut dengan tanah yang kotor.

Jika saja kedua momentum, bonus demografi dan revolusi industry 4.0 ini bisa dimanfaatkan oleh generasi muda di masa kini, bukan tidak mungkin cita-cita swasembada pangan Indonesia akan bisa kita capai. Tentu ini bukan pekerjaan pemerintah saja, namun memerlukan sistem yang terstruktur dengan baik sehingga bisa mewujudkan generasi petani 4.0 ini. Beberapa langkah awal yang bisa dibenahi di antaranya:

1. Mengatasi ketidakcocokan antara pendidikan dan pekerjaan (mismatch) sektor pertanian

Ketidakcocokan antara pendidikan dan pekerjaan (mismatch) baik vertical maupun horizontal mismatch di sektor pertanian cukup tinggi jika dibandingkan sektor manufaktur dan jasa. Pada sektor pertanian terjadi vertical mismatch hingga mencapai 96,86%. Hal ini bisa diatasi dengan adanya pengayaan sistem pendidikan yang berhubungan dengan sektor pertanian. Inovasi dan teknologi yang terbaru bisa lebih diterapkan pada proses pertanian yang ada di masa sekarang. Internet of Things (IoT) semisalnya bisa digunakan untuk melakukan control dan monitoring terhadap proses tumbuh kembang dari tanaman. Hal ini sangat bermanfaat dalam optimalisasi dan peningkatan hasil pertanian. Karena sesungguhnya teknologi dibangun untuk memudahkan kerja manusia.

2. Penambahan luas baku lahan pertanian

Untuk mendukung kegiatan pertanian yang ada tentu harus didukung dengan adanya lahan pertanian yang memadai. Sumber daya manusia yang mumpuni pun harus didukung dengan adanya lahan yang bisa digarap oleh mereka. Peran pemerintah menjadi sangat vital pada proses ini.

 

Pekerjaan petani yang tadinya dipandang sebelah mata, niscaya akan menjadi sebuah pekerjaan yang diminati oleh banyak angkatan kerja muda. Selain itu, dengan peningkatan hasil yang signifikan juga akan mampu membawa peningkatan taraf hidup bagi para petaninya. Secara tidak langsung akan mengurangi angka pengangguran angkatan kerja sektor pertanian imbas dari mismatch tadi. Petani 4.0 merupakan bentuk kerja layak bagi masa depan angkatan muda sektor pertanian. Selain itu, andil teknologi akan membuat pekerjaan ini merupakan bentuk kerja produktif karena lebih terkontrol. Lebih jauh harapan kita adalah tercapainya swasembada pangan demi Indonesia yang adil dan makmur yang mampu menghidupi seluruh rakyatnya. Semoga.

 


Komentar
--> -->