• Danny Martianus Goenawan
    Danny Martianus Goenawan
    Nama: Danny Martianus Goenawan Lahir: Ngawi, 30 Maret 1979 Pendidikan: S1 Antropologi, Universitas Airlangga, Surabaya
Papers

Melembagakan CSR melalui CBO untuk Mendukung Pengembangan Usaha Sosial

2019

Abstraksi

Melembagakan CSR melalui CBO untuk Mendukung Pengembangan Usaha Sosial Pendahuluan Industri dan operasional pabrik serta pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) adalah peluang besar untuk mendukung pengembangan usaha-usaha sosial. Pelaksanaan program pemberdayaan secara tepat dan benar, dari sisi gagasan dan operasional, dapat mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat. Namun dalam perjalanannya konflik masih muncul di sana-sini, mewarnai hubungan industri dan masyarakat. Seperti dua kebutuhan saling berhadapan, mengelabui peluang merajut kebersamaan meraih kemandirian. Kondisi yang kontradiktif bagi pertumbuhan: CSR yang bisa menjadi penopang pertumbuhan, dalam praktiknya justru hanya dijadikan "senjata" untuk "menaklukkan" masyarakat demi kejayaan pabrik. CSR berderak meraup untung hanya bagi pabrik, namun menyebabkan konflik sosial horizontal dalam masyarakat. Ironisnya, secara umum CSR juga hanya dipahami sebatas "kucuran dana" dari perusahaan, yang atasnya, banyak dipelintir-pahami sebagai sumber alternatif pembiayaan, baik oleh pemerintah maupun masyarakat umum, termasuk organisasi non-pemerintah. Alhasil, kita belum berhasil memerankan CSR untuk percepatan pertumbuhan usaha sosial. Mengacu pada rumusan di atas, makalah ini menawarkan pendekatan komprehensif untuk melembagakan CSR dalam mendukung usaha-usaha sosial. Ini adalah kisah sukses pendekatan berbasis pengorganisasian komunitas atau Community-based Organization (CBO) dalam mengelola program pemberdayaan yang dilakukan oleh salah satu perusahaan semen di Kabupaten Tuban, Provinsi Jawa Timur. Untuk mengurai kisah sukses tersebut, makalah ini mengupas: 1) Apa saja isu utama relasi industri dan masyarakat? 2) Bagaimana melembagakan CSR melalui pendekatan CBO dijalankan? 3) Apa nilai tambah dari penerapan strategi CBO? Data dikumpulkan dari pengalaman penulis yang selama lebih dari lima tahun berperan secara langsung sebagai community organizer, semenjak tahap persiapan, proyek pembangunan, sampai pabrik beroperasi produksi secara penuh. CBO sebagai Pendekatan Organisasi berbasis komunitas dapat dipahami sebagai inti pembangunan masyarakat. Sebagai koreksi atas praktik pembangunan yang bersifat sentralistik, top-down, dan abai terhadap kelokalan; pemberdayaan yang bertumpu pada organisasi berbasis komunitas mendasarkan gagasan dan praktik pada kebutuhan komunitas, bottom-up, dan partisipatif. Secara antropologis, komunitas adalah kesatuan sosial yang terikat oleh kesadaran wilayah; interaksi sosial yamg kuat antar warganya yang tak-terlalu banyak, budayanya bersifat homogen, dan biasanya dapat memenuhi sebagian kehidupannya. Pembangunan hakekatnya ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Namun konflik sosial juga kerap hadir, menyisakan ketidakadilan, ketimpangan, dan kesenjangan. Negara, sebagai pengampu pembangunan, justru kerap hanya sibuk pada administrasi, angka, dan ritual, yang kurang bermanfaat langsung biat masyarakat. Pemberdayaan berbasis organisasi komunitas adalah jawaban atas kondisi tersebut. Melalui organisasi komunitas yang kuat, agenda pembangunan dapat tepat sasaran, sesuai kebutuhan, dan berkelanjutan. Ia mendasarkan diri pada partisipasi, bukan mobilisasi; mengandalkan praktik konsultatif, bukan sosialisasi; dan berlandaskan kesadaran diri maupun kelompok, bukan patronase; serta mengampu manusia sebagai subyek, bukan obyek, dalam pembangunan. Kisah Sukses Secara garis besar, yang dilakukan adalah membuat satu organisasi sosial yang berwatak kesukarelawanan dan kekeluargaan untuk merajut sumber dan kekuatan lokal yang akan menggerakkan usaha-usaha sosial di komunitas. Ini adalah ihwal berorganisasi, yang menjadi dasar sekaligus payung pelaksanaan program pemberdayaan. Untuk menuju keorganisasian komunitas, yang dijalankan secara berurutan adalah: Persiapan sosial, dilakukan melalui: a) kajian-kajian formal, yaitu social mapping dan economic displacement study; dan b) rangkaian interaksi sosial keseharian dengan masyarakat lokal oleh tim khusus pelaksana program. Isu-isu diidentifikasi dan dianalisis untuk disiapkan strategi pengelolaannya. Ini adalah dasar untuk memberi arah pilihan strategi relasi sosial yang dijalankan, sekaligus memberi jalan pada ihwal: Pengorganisasian sosial. Strategi CBO yang awalnya tidak dikenali, baik oleh perusahaan maupun masyarakat, mulai diinisiasi. Didirikanlah organisasi bernama Pusat Kegiatan Masyarakat (PKM) sebagai payung program pemberdayaan, yang diurusi oleh anggota komunitas lokal. Dalam perkembangannya, CBO memiliki badan hukum yayasan dan mengembangkan sayap-sayap organisasi yang kesemuanya diawaki oleh anggota komunitas; yaitu: Tim 6, menyasar isu tenaga kerja, yang memfasilitasi terlibatnya warga skill-rendah dalam pabrik, memberi akses kerja bagi ribuan warga lokal, dan mengatasi kecemburuan sosial atas pekerja luar daerah. Koperasi, didesain sebagai simpul penggerak kegiatan produktif di desa-desa, menjawab isu peluang usaha. Program pertanian terpadu diluncurkan. Ratusan peternak memelihara sapi di kompleks kandang raksasa yang lengkap dengan fasilitas biogas, pabrik pupuk kompos, dan konsentrat pakan ternak. Peternakan kambing, ayam, bebek, dan lele berbasis rumah-tangga, serta pertanian sayur organik, melibatkan ibu-ibu dan remaja putri, merebak di desa-desa. Kelompok Kerja Nelayan, secara khusus didirikan untuk memberdayaakn komunitas nelayan. Rumpon ikan ditanam di laut untuk meningkatkan tangkapan nelayan. Sebagai nilai tambah, dibuatlah Pabrik Tepung Ikan yang berbahan dasar ikan tangkapan tersortir tak-jual. Perempuan istri dan keluarga nelayan berperan: menjemur ikan tersortir sebagai bahan pembuatan pakan ikan. Untuk menyediakan lahan kerja bagi petani kecil yang tidak lagi dapat mengolah lahan tani karena pabrik, diluncurkanlah proyek pemagaran batas tanah dengan mendirikan stone-wall: pagar bebatuan yang disusun tanpa perekat yang melibatkan ratusan petani terdampak. Pasca proyek, mereka terlibat dalam program pertanian terpadu. Untuk meningkatkan pendidikan, organisasi mengawaki aneka pelatihan kerja dan usaha: memasak, membuat keripik, menjahit, mengelas, manajemen, beternak, dan sebagainya. Program beasiswa untuk pelajar terus berlangsung tanpa-jeda. Pengobatan dan layanan kesehatan bergulir dari desa ke desa. Usaha-usaha sosial merebak berpayung CBO. Dengan keahlian memasak, ibu-ibu memasok penganan olahan untuk pabrik melalui Koperasi. Petani sayur dan padi diberi peluang memasok penyedia jasa katering untuk pabrik. Perusahaan-perusahaan lokal menjalankan kinerja mandiri. Organisasi menyediakan dukungan layanan yang dibutuhkan. Melaui skema bisnis-sosialnya, Organisasi menyisihkan untung membantu masyarakat yang membutuhkan. Layanan kesehatan dan bantuan pengantaran bagi warga tak mampu untuk akses kesehatan dijalankan tanpa pamrih. Ratusan bibit pohon penghijauan ditanam. Pengolahan sampah juga melibatkan ibu-ibu. Daur-ulang barang tak-pakai juga digalakkan. Puluhan anak mendapat santunan dan bantuan pendidikan; aneka kegiatan sosial-kemasyarakatan juga diperhatikan: CBO adalah juga pelaku CSR. Pembelajaran dan Rekomendasi Dari kisah sukses di atas, terdapat pembelajaran berikut: Usaha sosial dapat ditumbuhkembangkan melalui penerapan strategi CBO dalam pelaksanaan CSR yang dilakukan oleh perusahaan. Setiap komunitas memiliki potensi dan kekuatan sebagai modal sosial untuk pemberdayaan. Modal sosial dapat digali dan diberdayakan melalui CBO. Adapun rekomendasi yang dapat diselenggarakan adalah: Intervensi struktural, dari pemerintah untuk mendorong perusahaan melembagakan CSR melalui strategi CBO guna mendukung penumbuhan usaha sosial. Perusahaan harus mengambil peran aktif dalam pembinaan usaha social. Peningkatan kecakapan community organizer sangat diperlukan untuk keberhasilan program. Tanpa kepiawaian khusus, program rentan terjebak pada birokrasi dan ritual. Dibutuhkan payung hukum untuk maksud tersebut: melembagakan CBO dalam pelaksanaan CSR oleh perusahan, dan meningkatkan kemampuan community organizer melalui pendidikan.

Komentar
--> -->